Rabu 22 Mar 2017 19:20 WIB

Mantan Ketua Tim Kampanye Trump Disebut Pernah Kerja untuk Rusia

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan ketua tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Paul Manafort disebut pernah secara diam-diam bekerja untuk miliarder asal Rusia dan memberi keuntungan untuk pemerintah negara itu. Laporan ini terlihat dalam sebuah dokumen penyelidikan FBI yang dibocorkan oleh Wikileaks.

Manafort menjabat sebagai ketua tim kampanye Trump dalam pemilu di Negeri Paman Sam pada 2016 lalu. Ia bertugas pada Maret hingga Agustus tahun lalu, hingga kemudian diminta mengundurkan diri karena diduga pernah mengatur pertemuan antara pihak Pemerintah AS dengan pemimpin partai politik Ukraina yang pro-Rusia pada 2014.

Manafort disebut memiliki hubungan kerjasama bisnis dengan miliarder Rusia bernama Oleg Deripaska. Ia menandatangani kontrak dengan perusahaan Deripaska pada 2006 lalu dan berakhir pada 2009.

Selama ini, Deripaska dikabarkan sangat dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Karena itu, dalam kerjasama mereka, Manafort diyakini juga membuat sejumlah kesepakatan yang menguntungkan Putin saat menjabat sebagai kepala kampanye Trump.

Terlebih, dalam dokumen yang dibocorkan itu dilaporkan ada memo dari Manafort untuk Deripaska. Di sana, ia menuliskan bagaimana kerjasama keduanya dapat memberi keuntungan kepada Pemerintah Rusia yang dipimpin Putin.

"Kami berkeyakinan bahwa kerjasama ini dapat menguntungkan pemerintahan Putin, sesuai dengan komitmen yang tepat menuju sukses yang diterapkan," tulis Manafort dalam sebuah memo kepada Deripaska, dilansir The Independent, Rabu (22/3).

Dalam laporan yang dibocorkan itu, Manafort juga dikatakan pernah mengusulkan strategi politik untuk melemahkan pihak anti Rusia di sejumlah negara bekas Uni Soviet. Kemudian, ia juga disebut membuat strategi rahasia guna mempengaruhi politik, bisnis, dan sejumlah bidang antara AS dan Eropa.

Saat ini, penyelidikan FBI mengenai campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016 masih terus berjalan bersama dengan Kongres. Termasuk memeriksa kemungkinan apakah tim kampanye Trump juga bekerjasama dalam hal itu.

Meski demikian, direktur FBI James Comey menolak memberi komentar apakah Manafort akan menjadi target penyelidikan berikutnya. Selama ini, Komite Intelijen dalam Kongres AS disebut telah menyebutkan namanya sebanyak 28 kali dalam sejumlah sidang kasus itu.

Sementara, Manafort menegaskan bahwa ia memang pernah bekerja untuk Deripaskan. Namun, itu bukanlah untuk kepentingan pemerintahan Rusia, seperti yang diberitakan dalam dokumen penyelidikan tersebut.

"Saya bekerja bersama Deripaska hampir satu dekade lalu dan hanya mewkili dirinya untuk kepentingan bisnis di negara-negara tempat ia memiliki investasi," jelas Manafort.

Ia mengatakan bahwa tuduhan yang beredar hanyalah bagian dari kampanye politik kotor AS. Manafort juga menekankan bahwa pekerjaan yang pernah ia lakukan tidak sekalipun mewakili kepentingan politik Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement