Kamis 04 May 2017 16:24 WIB

Ibu yang Bunuh Delapan Anak di Australia tidak Diadili

Karangan bunga di taman dekat lokasi kejadian pembunuhan 8 anak-anak di daeah Manoora, Kota Cairns, Australia pada 21 Desember 2014.
Foto: ABC
Karangan bunga di taman dekat lokasi kejadian pembunuhan 8 anak-anak di daeah Manoora, Kota Cairns, Australia pada 21 Desember 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, CAIRNS -- Seorang ibu yang membunuh delapan anak-anak di sebuah rumah di Kota Cairns, Australia pada 19 Desember 2014 tidak akan diadili secara pidana. Demikian keputusan Peradilan Kesehatan Mental di Queensland yang dirilis, Kamis (4/5). Peradilan menyatakan wanita tersebut tidak waras saat menikam para korbannya.

Mayat empat anak laki-laki dan empat anak perempuan, yang berusia antara dua hingga 14 tahun, ditemukan di sebuah rumah di jalan Murray Street di daerah Manoora pada 19 Desember 2014. Raina Mersane Ina Thaiday, yang juga dikenal sebagai Mersane Warria, merupakan ibu tujuh anak yang menjadi korban dan tante dari satu korban lainnya. Ia didakwa dengan pasal pembunuhan.

Namun peradilan kesehatan mental tersebut memutuskan Thaiday (kini 40 tahun) tidak bertanggung jawab atas tindakannya. Menurut pengadilan, dia menderita episode psikotik, dipicu oleh skizofrenia yang tidak terdiagnosa.

Keputusan pengadilan diputuskan bulan lalu namun baru dirilis ini dengan sendirinya membatalkan semua tuntutan terhadap Thaiday dan kasus pun dihentikan. Di bawah undang-undang Queensland, orang yang tidak waras dinyatakan tidak bertanggung jawab secara kriminal atas tindakan mereka dan tidak dapat dituntut di masa depan.

Raina Mersane Ina Thaiday, also known as Mersane Warria, being taken to hospital by police in December 2014
Raina Mersane Ina Thaiday, yang juga dikenal dengan nama Mersane Warria, dibawa ke rumah sakit oleh polisi pada Desember 2014.

ABC TV News

Thaiday saat ini diwajibkan mengikuti perintah perawatan di bangsal dengan pengamanan ketat di Pusat Kesehatan Mental di pinggiran Brisbane. Tidak jelas apakah dia akan dilepaskan kembali ke masyarakat.

Dalam pengadilan terungkap sebelum pembunuhan itu, Thaiday tidak memiliki riwayat kriminal dan tidak pernah diobati untuk masalah kesehatan mental. Thaiday tampak duduk terdiam dan tidak menunjukkan emosi saat rincian kasusnya dibacakan di persidangan.

Selama persidangan, dia kebanyakan hanya menatap ke depan, dan secara singkat menyadari kehadiran anak laki-lakinya Lewis, yang menemukan saudara-saudaranya yang meninggal dan ibunya dengan luka tusukan yang dilakukannya sendiri.

'Tidak sesuai karakter'

Tiga psikiater mengatakan kondisi mental Thaiday telah memburuk selama berbulan-bulan. Pada hari-hari menjelang pembunuhan, dia yakin bisa berkomunikasi dengan roh, melempar barang-barang dari rumah ke halaman, dan bolak-balik di jalan sambil berteriak.

Menurut psikiater, ketika Thaiday akhirnya bertindak dengan kekerasan, dia tidak berada di bawah pengaruh narkoba, alkohol atau zat lainnya.

Yellow sheeting surrounds a house in Manoora, Cairns
Rumah di jalan Murray Street di Manoora, Cairns, yang menjadi lokasi kejadian pada Desember 2014.

ABC News: Josh Bavas

Psikiater Dr Pamela van de Hoef mengatakan bahwa Thaiday didorong oleh keyakinan keliru yang tak kukuh dan tindakannya mengejutkan karena tidak sesuai karakter. "Dia percaya pada saat itu, dan beberapa hari dan minggu sebelumnya, kiamat sudah datang," katanya.

Seorang psikiater lainnya, Dr. Jane Phillips, mengatakan Thaiday menderita psikosis skizofrenia parah. "Dia mendengar suara seekor burung... dan percaya itu adalah pesan dia harus membunuh anak-anaknya untuk menyelamatkan mereka," katanya dalam persidangan.

'Skizofrenia yang paling buruk'

Hakim Jean Dalton mengatakan pembelaan mengenai ketidakwarasan tersangka dibuat berdasarkan bukti yang sangat meyakinkan. "Thaiday menderita penyakit jiwa yang membuat kehilangan kapasitas pada saat pembunuhan tersebut," kata Hakim Dalton.

"Artinya, dia berhak mendapatkan pembelaan terkait pikiran yang tidak sehat. Bukti-buktinya tidak diragukan. Tidak ada keraguan mengenai kesimpulan hukum yang diputuskan dari situ," jelasnya.

Dr Frank Varghese, salah satu dari dua psikiater yang membantu Hakim Dalton, mengatakan "keadaan delokalional apokaliptik" yang dialami Thaiday adalah salah satu kasus skizofrenia terburuk yang pernah dia lihat. Dia mengatakan hal itu mungkin dipicu oleh penggunaan ganja oleh Thaiday dalam jangka panjang. Dia berhenti menggunakan ganja beberapa bulan sebelum pembunuhan terjadi.

"Ini adalah skizofrenia yang sangat mendalam dan yang terburuk dari segi teror bagi pasien, dan juga konsekuensi bagi korban yang terbunuh," katanya.

Hakim Dalton mengizinkan Thaiday untuk sewaktu-waktu keluar ke halaman tempat perawatannya dengan pengawalan. Menurut psikiater, hal itu dapat membantu perawatannya.

Diterbitkan Kamis 4 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di ABC News

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/ibu-yang-bunuh-8-anak-di-australia-tak-akan-diadili/8496112

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement