Kamis 18 May 2017 02:15 WIB

Serangan Pemberontak di Sudan Selatan Tewaskan Empat Tentara Pemerintah

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Agus Yulianto
Tentara Sudan Selatan (Ilustrasi)
Foto: Jerome Delay/AP
Tentara Sudan Selatan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YEI -- Kelompok pemberontak menyerang Kota Yei, Sudan Selatan pada Selasa (16/5) waktu setempat. Sedikitnya empat tentara pemerintah tewas dalam serangan ini.

“Apa yang dilakukan pemberontak di sini adalah kehancuran dan menciptakan ssituasi di mana warga sipil menderita,” kata gubernur negara bagian David Lokonga Moses, di sekitar Sungai Yei, Rabu (17/5).

Pasukan pemberontak dalam perang sipil selama tiga tahun terakhir ini mengatakan, bahwa jumlah kematian lebih tinggi. Pihaknya juga memperingatkan warga sipil untuk meninggalkan kota barat daya yang dekat dengan perbatasan Uganda dan Republik Demokratik Kongo.

Menurut Lokonga, pemberontak menyerang kota sekitar 130 kilometer di sebelah barat daya ibu kota Juba. Selain empat tentara tewas, enam tentara juga mengalami luka-luka.

Juru bicara kelompok pemberontak Lam Paul Gabriel mengatakan, tidak mungkin pihak pemerintah hanya kehilangan empat tentaranya. “Masih terlalu dini, kapan mereka menghitungnya?” katanya.

Ia menambahkan, tujuh anggota kelompoknya hilang. Namun, hal itu belum diketahui apakah mereka tewas, tertangkap, atau tersesat di semak-semak.

“Warga sipil Yei sedang diperingatkan untuk mengosongkan kota Yei untuk menghindari kekejaman dari milisi pemerintah. Pemerintah sedang melakukan rencana untuk melakukan pembalasan,” ujar Gabriel. 

Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan pada tahun 2011. Lalu terjebak ke dalam perang sipil dua tahun kemudian setelah Presiden Salva Kiir, dari kelompok etnis Dinka, memecat wakilnya dan saingan lamanya Riek Machar, seorang Nuer. Pertarungan kemudian menyebar ke seluruh negara penghasil minyak tersebut, yang seringkali karena garis etnis.

Peperangan ini memaksa lebih dari tiga juta orang warga sipil melarikan, menurut data dari PBB. PBB menyebut bentrokan tersebut sebagai genosida.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement