REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya melakukan uji sistem pertahanan antirudal, Selasa (30/5). Menurut laporan, sistem itu mampu mencegah datangnya peluru kendali balistik antarbenua atau yang dikenal sebagai ICBM.
ICBM adalah rudal yang dikembangkan oleh Korea Utara (Korut). Rudal ini memiliki jarak jangkau yang jauh, diperkirakan mencapai 12 ribu kilometer.
Korut selama ini juga mengklaim telah mengembangkan rudal jarak jauh yang di dalamnya terpasang hulu ledak nuklir. Rudal ini, menurut negara terisolasi itu akan mampu mencapai daratan AS.
Ketegangan antara AS dan Korut dalam satu bulan terakhir diyakini menjadi alasan utama Negeri Paman Sam menguji sistem anti rudal. Melalui Badan Pertahanan Anti Rudal (MDA), AS menekankan bahwa alat canggih itu dapat melawan ancaman Pyonyang.
Sistem canggih anti rudal yang dibuat oleh AS kali ini disebut berbasis di darat. Uji coba alat ini telah dilakukan selama bertahun-tahun. Ada 32 alat pencegah rudal yang diletakkan di berbagai titik wilayah negara itu, di antaranya Fort Greely, Alaska, dan Vanderberg.
Baca juga, Korut Siap Berperang dengan Amerika Serikat.
Korut sepanjang tahun ini telah melakukan sembilan kali tes rudal. Namun, belum ada satupun yang dinilai sebagai ICBM, melainkan hanya sebagai rudal jarak menengah. Meski demikian, negara itu dinilai mengalami kemajuan secara cukup signifikan.
Sejak 2006 lalu, Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba program nuklir yang dilakukan. AS sebagai negara anggota tetap juga hendak melakukan strategi baru, yaitu bekerjasama dengan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mintra dagang dan pemberi bantuan utama untuk Korut.