Selasa 06 Jun 2017 20:12 WIB

Umat Islam dan Kristen Saling Melindungi di Marawi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Muslim Marawi mengantre untuk menerima bantuan di pusat evakuasi di Balo-, Provinsi Lanao del Norte di selatan Filipina, Rabu, 31 Mei 2017. Pertempuran terus berlangsung di Kota Marawi, Filipina melawan militan ISIS.
Foto:
Pemandangan Kota Marawi, Filipina yang hancur akibat pertempuran antara pasukan pemerintah dan militan ISIS.

Rasa ketidakpercayaan yang melekat masih menyelimuti kedua komunitas agama tersebut. Namun kedua pihak menyadari bahayanya terpecah belah, sehingga Gereja Katolik di Iligan memasang tanda penyambutan bagi pengungsi Muslim dari Marawi.

"Doa dan harapan kami kepada semua saudara Muslim kami saat Anda menyambut bulan suci Ramadhan," ujar sebuah tulisan yang tergantung di pintu utama katedral.

Militan berusaha menyebarkan kebencian di tengah masyarakat, namun de la Peña mengatakan justru yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak umat Muslim yang membantu orang-orang Kristen melarikan diri dan banyak umat Kristen Iligan yang melindungi ratusan keluarga Muslim.

"Ini adalah sesuatu yang tidak diharapkan oleh para militan. Mereka berusaha keras untuk memecah belah kami, namun pada akhirnya, strategi tersebut menjadikan kami bersatu," katanya

De la Pena berbicara di sebuah gereja yang telah disulap menjadi gudang tempat penyimpanan makanan kaleng, beras, dan peralatan kebersihan. Barang-barang itu siap dikirim ke sekolah-sekolah di Iligan yang telah diubah menjadi kamp pengungsi.

"Kami menyadari bahwa kami tidak bisa memasak makanan dengan apapun yang telah kami gunakan sebelumnya. Benda-benda itu tidak halal - potnya penuh dengan daging babi. Kami membutuhkan panci dan pisau baru," kata Edgar Aguillar, seorang relawan dari Manila, di sebuah sekolah yang menampung keluarga Marawi.

Namun ia sangat tertolong karena bantuan penduduk setempat. Pengusaha peternakan ayam telah memberikan potongan harga untuk produknya. Bahkan seorang pemilik bus pribadi reyot, telah menyumbangkan diri untuk mengantar bantuan.

De la Peña mengatakan Muslim yang mencari perlindungan di Iligan adalah bukti bahwa masyarakat telah bergerak maju. Menurutnya, sejak dulu jika ada konflik atau badai tropis, pengungsi Muslim akan lari ke pegunungan dan orang-orang Kristen akan bergerak ke arah pantai.

"Tapi sekarang, semuanya ada di sini. Mereka merasa lebih aman di sini. Itu menunjukkan adanya kepercayaan yang telah dibangun. Empat puluh tahun rekonsiliasi, kita tidak bisa menyingkirkannya," ungkap de la Peña.

Warga Marawi, Jamel Abdul Panaraag (40), mengatakan ia bersama istri dan tujuh anaknya telah berjalan selama tujuh jam untuk melarikan diri dari Marawi. "Orang-orang Kristen membantu kami. Tapi ada juga yang takut dan menuduh kami berhubungan dengan teroris," ujar pekerja konstruksi tersebut.

Umat Muslim yang melindungi orang-orang Kristen di Marawi dan sambutan hangat umat Kristen Iligan terhadap pengungsi Muslim, telah membuat kedua kota itu kembali hangat setelah empat dekade. "Dalam beberapa hal, insiden ini telah menyatukan banyak orang. Jika Anda datang ke Iligan, kami akan menjaga Anda," jelas Cruz.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement