Kamis 08 Jun 2017 12:27 WIB

Dua Perempuan di Pusaran Kematian Kim Jong-nam

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Saudara seayah Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam.
Foto:
Terdakwa pembunuh Kim Jong-nam asal Vietnam Doan Thi Huong (tengah) setelah meninggalkan pengadilan di Sepang, Malaysia, 13 April 2017.

Sementara di Vietnam, Huong tinggal di sebuah rumah kecil yang terletak di tengah-tengah persawahan di Desa Nghia Binh. Rumah bata bertingkat satu ini dibangun dengan gaya pedesaan khas Vietnam dengan sebuah halaman kecil yang dikelilingi pohon pisang.

Untuk bisa sampai ke Desa Nghia Binh, seseorang harus melewati papan bambu tipis yang berfungsi sebagai jembatan di atas sungai berlumpur antara rumah-rumah dan jalan utama. Daerah yang mayoritas penduduknya Katolik ini berada di Provinsi Nam Dinh, 90 Km dari ibu kota Hanoi.

Anak-anak muda di banyak desa miskin di Vietnam terus mencari peluang untuk sampai ke kota-kota besar. Mereka bertekad menghasilkan banyak uang dan memiliki kehidupan yang lebih baik daripada orang tua mereka.

Ayah Huong adalah seorang veteran perang Vietnam yang terluka di Quang Tri pada 1972 dan sekarang bekerja sebagai penjaga di pasar lokal. Sementara ibunya telah meninggal dunia pada 2015. Huang kemudian memiliki ibu tiri yang membantu pekerjaan ayahnya di pasar.

"Huong tidak pernah dekat dengan saya. Lalu dia pergi meninggalkan rumah pada usia 18 tahun dan kami jarang melihatnya kembali," ujar ibu tiri Huong.

Huong tampaknya memiliki beberapa akun Facebook dengan nama samaran, yaitu Ruby Ruby dan Bella Tron Tron Bella. Dilihat dari akun jejaring sosial itu, tampaknya Huong adalah seorang wanita baik yang cukup periang dan percaya diri. Pengacara Huong, yang hanya pernah satu kali bertemu dengan wanita itu, mengatakan kepada BBC tidak ada kelebihan khusus yang menonjol di diri Huong.

Huong sempat bersekolah di sebuah perguruan tinggi farmasi di Hanoi. Tapi dia kemudian bekerja di beberapa tempat hiburan. "Dia orang yang cukup tenang dan bijaksana, serta berperilaku sangat baik. Huong sepertinya tidak punya banyak uang tapi dia bahkan tidak akan pernah mencuri tusuk gigi dari siapa pun!" kata kakak laki-laki Huong, Doan Van Binh.

Binh tidak menyadari adiknya telah menjalani kehidupan yang sangat berbeda di ibu kota Hanoi. Huong mengubah dirinya dari seorang gadis desa yang sederhana menjadi wanita muda riang yang bekerja di beberapa kelab malam yang populer Hanoi.

Huong juga pernah tampil di kompetisi bernyanyi Vietnam Idol. Salah satu pemilik klub malam, Kenny Bui mengatakan Huong adalah seorang karyawan yang sederhana tapi baik hati.

"Dia pergi keluar sekali dengan seorang bartender yang saya kenal baik dan ia bersedia mentraktir makan dan membelikan pakaian. Dia sangat murah hati dan tidak pernah mengatakan sesuatu yang buruk bahkan ketika gadis-gadis lain memusuhinya," ujar Bui.

Pada 2014, Huong diyakini telah bekerja sebagai seorang SPG otomotif. Foto-fotonya yang memakai bikini sambil berdiri di samping mobil dan di kolam renang telah banyak ditemukan di media sosial. Dia bahkan mengecat rambutnya dan melakukan banyak perjalanan ke luar negeri dengan klien asing.

Huong dikenal sering berkencan dengan pria asing, kebanyakan kliennya berasal dari Korea. Salah satu akun Facebooknya menunjukkan Huong bahkan pernah melakukan perjalanan ke pulau Jeju, tujuan wisata populer Korea Selatan.

Ada sejumlah spekulasi yang mengatakan Aisyah dan Huong memiliki hubungan khusus dengana pria Korea Utara, yang diyakini sebagai mata-mata dan diduga mengatur pembunuhan Kim Jong-nam.

Tidak ada komentar dari kedua wanita itu mengenai kehidupan mereka di negara masing-masing. Infomasi yang diketahui tentang mereka berasal dari apa yang orang tua mereka katakan kepada media.

Ibu Siti Aisyah, Benah, mengatakan putrinya mengatakan kepadanya dia telah ditawari bekerja di Malaysia sebagai model. "Dia bilang dia ingin pergi ke Malaysia untuk syuting di sebuah acara, untuk membuat orang-orang terkejut dengan menyemprotkan parfum," ujar Benah.

"Dia ditawari pekerjaan oleh seseorang untuk menjadi model iklan parfum. Dan dia adalah gadis polos yang melakukannya untuk mendapatkan uang. Saya meminta dan meminta pertolongan agar anak perempuan saya tidak dihukum karena saya yakin dia tidak bersalah," kata ayahnya, Asria.

Kelompok migran Indonesia secara vokal telah menyerukan Aisyah hanya korban yang ditipu oleh kekuatan besar yang ada di balik kasus ini. "Ceritanya sangat mirip dengan apa yang telah terjadi pada banyak migran lain yang ditipu sindikat narkoba. Mereka ditangkap dan dipandang sebagai penjahat tapi mereka benar-benar korban," ujar Anis Hidayah dari Migrant Care.

"Setengah dari migran Indonesia yang sekarang berada di barisan tunggu hukuman mati di Malaysia adalah korban yang digunakan sebagai kurir oleh sindikat narkoba di bandara," tambah dia.

Akan tetapi polisi Malaysia telah lama bersikeras dua wanita tersebut kemungkinan besar memiliki keterlibatan yang cukup jauh. Polisi mengatakan, para wanita ini pasti tahu apa yang mereka lakukan karena mereka telah diminta mencuci tangan setelah melakukan aksi pembunuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement