REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, kesabaran untuk menghadapi Korea Utara (Korut) akan berakhir dalam waktu dekat. Ia memperingatkan, tindakan yang tepat untuk menghentikan program nuklir negara terisolasi itu dapat dimulai sejak saat ini.
"AS dan dunia telah menghadapi ancaman dari Pemerintah Korut yang sembrono dan brutal selama bertahun-tahun dan saat ini kesabaran kami telah berakhir, jadi ini adalah peringatan terakhir," kata Trump dalam sebuah konferensi pers, dilansir BBC, Sabtu (1/7).
Program rudal dan nuklir Korut selama ini dinilai menjadi ancaman paling mendesak bagi keamanan nasional AS, serta seluruh dunia. Dalam beberapa bulan terakhir, pengembangan jenis senjata itu dilaporkan terjadi secara cukup signifikan.
Pada Mei lalu, Pemerintah Korut mengklaim kesuksesan dalam pengembangan peluru kendali balistik antarbenua (ICBM). Rudal jenis ini memiliki jangkauan yang sangat jauh dan diperkirakan mencapai 12 ribu kilometer.
Negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu selama ini juga telah mengembangkan rudal jarak jauh, menjangkau antar benua. Bahkan, disebut mampu mencapai daratan AS dan di dalam rudal tersebut terpasang hulu ledak nuklir.
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan antara AS dan Korut terjadi. Trump sebelumnya juga memberikan peringatan serupa, yakni aksi militer dalam menghadapi ancaman negara di Asia Timur itu. Sejumlah kapal kelompok angkatan laut dari negara adidaya itu juga telah ditempatkan di Semenanjung Korea sebagai langkah antisipasi.
Selama ini, Korut mengatakan, program tersebut sebagai alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korea Selatan (Korsel) dan Jepang juga merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan nuklir.
Korsel dan Korut secara teknis masih berperang setelah perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dan bukan berupa perdamaian pada 1950-1953. Setelah masa itu, Korut kerap melontarkan ancaman terhadap Korsel dan sekutu utama negara itu, AS dengan program nuklir mereka.
Namun, Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan, salah satu cara untuk menghentikan program nuklir Korut dan menciptakan perdamaian di wilayah Semenanjung Korea adalah dengan melakukan dialog. Ia menilai bahwa perudingan dengan negara tetangganya itu menjadi salah satu strategi, yang disebut lebih baik dibandingkan perang atau tindakan keras lainnya.
Tetapi, ia menekankan bahwa Korsel akan terus melakukan reformasi pertahanan dan membentuk upaya memperkuat keamanan negara. Termasuk dengan mempersiapkan kemungkinan terburuk untuk berperang. "Hanya keamanan yang kuat dapat mewujudkan perdamaian sejati di kawasan Asia Pasifik," kata Moon Jae-in.