REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, perang dengan Korea Utara (Korut) tidak dapat dikesampingkan. Pernyataan ini berkiatan dengan pengujian rudal terbaru Korea Utara yang diklaim sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Selasa (4/7).
Pascapeluncuran rudal balistik Korut, AS dan Korsel segera menggelar latihan respons rudal gabungan. Hal ini dinilai penting dilakukan karena rudal terbaru Korut disebut berpotensi mampu menyerang negara bagian AS di Alaska.
Jenderal Vincent Brooks, komandan pasukan AS di Korea dan Jenderal Lee Sun-jin, kepala staf gabungan militer Korsel, mengatakan, mereka dapat mengubah pilihannya ketika diperintahkan oleh pemimpin aliansi.
"Kita dapat membuat keputusan yang tegas kapan pun, jika pemimpin aliansi memerintahkannya. Siapa pun yang berpikir secara berbeda membuat kesalahan penilaian yang serius," ungkap kedua jenderal tersebut dalam sebuah pernyataan bersama, seperti dilaporkan laman the Independent, Rabu (5/7).
Hal tersebut juga ditegaskan oleh juru bicara Pentagon Dana White. "Kami tetap siap untuk membela diri dan sekutu kami (Korsel) dengan menggunakan berbagai kemampuan yang kami miliki melawan ancaman yang terus meningkat dari Korut," ujarnya.
Dalam pertemuan baru-baru ini di Washington, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korsel Moon Jae-in telah menyetujui sebuah rencana untuk melanjutkan pembicaraan dengan Korut guna mengekang ambisi nuklirnya.
Namun belum diketahui apakah kedua pemimpin masih akan melanjutkan rencananya setelah Korut kembali meluncurkan rudal balistik yang disebut sebagai paket hadiah untuk Hari Kemerdekaan AS yang jatuh pada 4 Juli.