Sabtu 22 Jul 2017 13:40 WIB

Sejarah Hari Ini: Kematian Dua Putra Saddam Hussein Dirayakan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Saddam Husein (tengah) bersama putranya Uday (kiri) dan Qusay.
Foto:
Seorang kartunis Palestina, Naji Salim al-Ali, ditembak dari jarak dekat di wajahnya, di luar kantornya di Ives Street, Chelsea, pada 22 Juli 1987.

Seorang kartunis Palestina, Naji Salim al-Ali, ditembak dari jarak dekat di wajahnya, di luar kantornya di Ives Street, Chelsea, pada 22 Juli 1987. Kartunis paling terkenal di Timur Tengah ini sering menyindir dunia politik Arab dan sering mengkritik pemimpin Iran Ayatollah Khomeini.

Setelah penembakan, ia dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun kemudian dipindahkan ke Departemen Bedah Saraf di Rumah Sakit Charing Cross. Saksi mata mengatakan, al-Ali didekati oleh dua pria berusia sekitar 25 sampai 30 tahun. Salah satu dari mereka menarik pistol dan menembaknya pada jarak dekat di sisi kanan wajahnya.

Dia telah bekerja untuk surat kabar Kuwait Al Qabas selama tiga tahun dan pindah ke London setelah dia dikeluarkan dari Kuwait dua tahun lalu. Rekan kerja di surat kabar tersebut melaporkan, sebuah kelompok Kuwait telah mencoba membunuhnya sebelum dia meninggalkan negara tersebut. Al-Ali tidak ingin tinggal di negara lain di Timur Tengah karena dia takut akan ancaman terhadap hidupnya.

Juru bicara Al Qabas mengatakan, al-Ali telah menerima lebih dari 100 ancaman pembunuhan selama karirnya. Ia mengungkapkan, seorang anggota senior PLO Yasser Arafat telah menelpon kartunis tersebut pada pertengahan Juni dan berkata al-Ali harus memperbaiki sikap.

Al-Ali mengabaikan peringatan tersebut dan menerbitkan sebuah poster kartun terkait Arafat dan antek-anteknya pada 24 Juni. Kartun itu menunjukkan oleh seorang anak laki-laki kecil bernama Hanthala yang menonton adegan di hadapannya dengan kepolosan seorang anak.

Keesokan harinya Kedutaan Besar Iran menolak keterlibatan apapun dalam penembakan al-Ali dan PLO menyalahkan petugas intelijen Arab. Polisi juga kembali ke tempat kejadian untuk menanyai orang yang lewat dan menemukan lebih banyak bukti.

Dilansir dari BBC, al-Ali terus tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Charing Cross pada 29 Agustus 1987. Kritikus Timur Tengah tetap percaya dia dibunuh sebagai bagian dari kampanye PLO untuk membungkam kritik dari Eropa dan Timur Tengah.

Selanjutnya: Perayaan Preparedness Day Diwarnai Insiden Bom Koper

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement