Rabu 26 Jul 2017 09:46 WIB

Sejarah Hari Ini: Kedutaan Besar Israel di London Dibom

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Bom (ilustrasi)
Bom (ilustrasi)

Pada 26 Juli 1908, Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation atau FBI) didirikan oleh Jaksa Agung A. Charles A. Bonaparte dengan nama Kantor Pemeriksa Utama. Kemudian Kantor Pemeriksa Utama diubah namanya menjadi Biro Investigasi, dan pada 1935 menjadi Biro Investigasi Federal.

Dilansir dari History, ketika Departemen Kehakiman dibentuk pada 1870 untuk memberlakukan undang-undang federal dan mengkoordinasikan kebijakan peradilan, departemen tidak memiliki penyidik permanen. Pada awalnya, departemen menyewa detektif swasta untuk melakukan penyelidikan kejahatan federal.

Departemen kemudian menyewa penyidik dari agen federal lainnya, seperti Agen Rahasia (Secret Service). Agen Rahasia dibentuk oleh Departemen Keuangan pada 1865 untuk menyelidiki pemalsuan keuangan.

Pada awal abad ke-20, jaksa agung diberi wewenang untuk mempekerjakan beberapa penyidik permanen. Kantor Pemeriksa Utama, yang sebagian besar penyidiknya terdiri dari akuntan, kemudian diciptakan untuk meninjau transaksi keuangan dari pengadilan federal.

Untuk membentuk badan investigasi yang lebih independen dan efisien, pada 1908 Departemen Kehakiman mempekerjakan 10 mantan pegawai Agen Rahasia untuk bergabung dengan Kantor Pemeriksa Utama. Hari pertama para penyidik melaporkan surat tugasnya, 26 Juli 1908, dijadikan hari lahir FBI.

Pada Maret 1909, Kantor Pemeriksa Utama memiliki 34 penyidik. Jaksa Agung George Wickersham, penerus Bonaparte, kemudian menamainya Biro Investigasi.

Pemerintah federal menggunakan biro tersebut sebagai alat untuk menyelidiki penjahat yang menghindari penuntutan dengan melewati jalur negara bagian. Dalam beberapa tahun, jumlah penyidik telah berkembang menjadi lebih dari 300 orang.

Biro Investigasi tersebut ditentang oleh beberapa orang di Kongres. Mereka khawatir bahwa otoritas yang berkembang dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan.

Dengan masuknya Amerika Serikat (AS) ke dalam Perang Dunia I pada 1917, biro tersebut diberi tanggung jawab untuk menyelidiki pelanggar Undang-Undang Spionase 1917 dan para imigran yang dicurigai melakukan radikalisme.

Selama era 1920-an, dengan persetujuan Kongres, Direktur J. Edgar Hoover secara drastis merestrukturisasi dan memperluas Biro Investigasi. Dia membangun agensi itu menjadi mesin pemadam kejahatan yang efisien, dengan membuat pusat sidik jari, laboratorium kejahatan, dan sekolah pelatihan untuk agen.

Biro Investigasi yang berganti nama menjadi Biro Investigasi Federal pada 1935, menjadi sangat dihormati oleh Kongres dan Publik Amerika. Namun saat Hover telah menjabat sebagai Direktur FBI selama 45 tahun dan Presiden AS telah berganti delapan kali, media, publik, dan Kongres curiga ia telah menyalahgunakan wewenangnya.

Untuk pertama kali dalam karir birokratisnya, Hoover mengalami kritik yang meluas. Kongres menanggapinya dengan mengesahkan undang-undang yang mewajibkan konfirmasi Senat dalam penunjukkan Direktur FBI dan membatasi masa jabatannya sampai 10 tahun.

Pada 2 Mei 1972, saat skandal Watergate meledak, J. Edgar Hoover meninggal karena penyakit jantung di usia 77 tahun. Hasil penyelidikan Watergate kemudian mengungkapkan, FBI telah secara tidak sah melindungi Presiden Richard Nixon dari penyelidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement