Ahad 30 Jul 2017 10:17 WIB

Israel Buat Bangsa Palestina Bak Tinggal di Kamp Nazi

Tembok Israel yang memenjarakan warga Palestina.
Foto:
Laki-laki Palestina melintas disamping tembok pemisah Israel dalam perjalanan mereka untuk shalat Jumat di Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Jumat (10/8). (Majdi Muhammad/AP)

Sepuluh Bantustan pernah dibandung di Afrika Selatan, dan sepuluh lainnya di Namibia. Territorial yang homogen itu diberi semacam otonomi. Ronnie Kasrils, aktivis yang memper juangkan penghapusan rezim apartheid di Afrika Selatan, menulis di Middle East Monitor, tentang kesamaan Afrika Selatan dengan Israel.

Dalam tulisannya yang bertajuk Apartheid in Duplicate, bekas menteri Afrika Selatan pasca-rezim Apar theid, ini, mengatakan Israel dan Afrika Selatan sama-sama muncul sebagai rezim apartheid pada Mei 1948.

Israel dan Afrika Selatan, kata Ronnie, sama-sama menerapkan kebijakan ber basis etnik dan ras. Di Afrika Selatan, orangorang kulit putih yang menjadi penduduk istimewa, kelas satu, dan eksklusif.

Sedangkan, di Israel, penduduk istimewa, kelas satu, dan eksklusif adalah orang Yahudi. Mereka memonopoli hak untuk memiliki tanah, property, bisnis; punya akses lebih superior terhadap pen didikan, kesehatan, sosial, dan pelayanan-pelayanan lainnya dibanding penduduk asli; serta berbagai privilise lainnya.

Di Israel dan Afrika Selatan pun menerapkan aturan hukum untuk tidak membolehkan perkawinan campuran, demi kemurnian ras. Afrika Selatan di bawah rezim kulit putih, dan Palestina yang dikangkangi Israel, adalah cerita yang sama: sama-sama dijajah, sama-sama diperlakukan diskriminatif, sama-sama menjadi sasaran prasangka, sama-sama menjadi warga kelas dua, bahkan kelas tiga, serta setiap saat menjadi sasaran pembantaian dan pembersihan etnik secara sistematis.

Ronnie bercerita, pada 2004 silam, de legasi Afrika Selatan pernah mengun jungi Yasser Arafat di markasnya di Ramallah. Ronnie ada dalam delegasi itu bersama bekas wakil menteri luar negeri Afrika Se latan, Aziz Pahad.

Melihat situasi sekeliling nya, Aziz Pahad serta merta ber komentar, “Ini tidak lain adalah Bantus tan!” Namun, Ronnie dan sejumlah anggota delegsai lain menilai Bantustan masih lebih baik ketimbang apa yang terjadi di Palestina. Karena Bantustan  tidak dibom oleh pesawat-pesawat tempur, digilas tank, dan digempur misil.

Kepada Arafat, Ronnie mengatakan bahwa di Bantustan, rezim Pretoria masih mengalirkan dana, membuat bangunan-bangunan pemerintahan yang megah, dan berbagai kebijakan lain untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa mereka serius dengan pembuatan ‘peme rintahan terpisah’ tersebut.  “Bahkan, Bantustan tak diberi pagar (tembok pemisah),” tulis Ronnie.

Dalam tulisannya Ronnie menyatakan Nelson Mandela pernah menyampaikan pernyataan terkenal kepada Yasser Arafat pada 4 Desember 1997 silam: “PBB telah mengambil sikap tegas melawan apartheid; dan setelah berbilang tahun kon sensus internasional pun terbangun, yang membantu untuk mengakhiri sistem apar theid yang bengis. Tapi, kita semua tahu bahwa kemerdekaan kita belum sempurna tanpa kemerdekaan Palestina.”

*) Wartawan Senior Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement