Ahad 30 Jul 2017 22:14 WIB

Aparat Filipina Tewaskan Wali Kota dan Istrinya

Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: Wu Hong/Pool Photo via AP
Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA  -- Seorang wali kota di Filipina selatan yang masuk dalam daftar hitam Presiden Rodrigo Duterte sebagai tersangka teratas pengedar obat bius tewas saat razia menjelang fajar di rumahnya di Pulau Mindanao.

Reynaldo Parojinog merupakan wali kota ketiga yang tewas dalam penumpasan narkotika berdarah oleh pemerintah. Parojinog, wali kota Ozamiz, tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan yang melaksanakan tugas di rumahnya.

Kepala Kepolisian Mindanao Utara, Timoteo Pacleb, kepada wartawan mengatakan, beberapa pucuk senjata dan obat terlarang sejenis sabu-sabu (methamphetamin) yang belum diketahui berapa besar jumlahnya disita dari rumah wali kota itu.

"Polisi mendapat serangan...sehingga polisi membalas," kata Pacleb, Ahad.

Beberapa orang lain, termasuk istri Parojinog, tewas dalam penggerebekan itu. "Keluarga Parojinog, jika Anda ingat, termasuk dalam daftar Presiden Duterte tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang," kata Ernesto Abella, juru bicara presiden, dalam sebuah pernyataan.

Pada November, wali kota Albuera di Leyte bagian tengah Filipina yang Duterte minta untuk menyerah karena dugaan keterlibatannya dalam peredaran obat bius, tewas saat baku tembak di sel tahanannya.

Duterte telah berjanji melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang walau menerima kritik dari berbagai kelangan khususnya kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Wali kota lainnya yang diduga terlibat dalam aktivitas itu di bagian selatan Mindanao dan sembilan orangnya tewas dalam baku tembak di sebuah tempat pemeriksaan polisi di Cotabatu pada Oktober.

Para pengeritik mengatakan, Duterte tutup mata atas ribuan kematian selama operasi-operasi oleh polisi yang melakukan eksekusi para pengedar obat terlarang itu.

Polisi mengatakan mereka telah membunub para tersangka sebagai bela diri dan membantah keterlibatan dalam serangkaian pembunuhan para pengedar obat terlarang.

Dalam beberapa jumpa pers dan kegiatan publik Presiden Duterte menunjukkan sebuah buku tebal yang dikatakannya berisi nama-nama pejabat yang diduga terkait dengan perdagangan obat terlarang. Buku itu berisi sekitar 3.000 nama.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement