Kamis 24 Aug 2017 13:41 WIB

Peneliti Australia Kembangkan Teknik Baru Pembibitan Alpukat

Rep: Kallee Buchanan/ Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Australia beberapa tahun belakangan mengalami kelangkaan buah alpukat. Sejumlah peneliti pun berusaha mengatasi masalah ini dengan mencari teknik yang dapat mempercepat dan memperbanyak produksi buah berdaging lembut yang satu ini.

Aliansi Inovasi Pangan dan Pertanian Queensland (QAAFI) saat ini tengah mengembangkan penggunaan kultur jaringan untuk menghasilkan pohon alpukat yang lebih cepat berbuah dan lebih efisien.

Profesor Neena Mitter dari QAAF mengatakan mereka membahas salah satu isu penting yakni kurangnya bibit pohon lantaran petani alpukat selama ini harus menunggu selama tiga tahun sebelum dapat menanam bibit pohon buah yang satu ini. "Ada sejumlah petani di Queensland yang ingin memperluas kebun alpukat. Begitu juga beberapa pengusaha ingin memasuki industri perkebunan alpukat, namun tidak dapat mendatangkan bibit untuk dibudidayakan di Australia karena kelangkaan pohon ini secara global," katanya.

"Saat ini, untuk memasok pohon alpukat, kalangan industri harus mengikuti proses yang sama selama 40 tahun terakhir. Yaitu mengambil stek dari pohon berkualitas tinggi," katanya baru-baru ini.

"Butuh 18 bulan untuk membuat akar batang pohon yang dipotong itu bertunas. Lalu anda hanya bisa mendapatkan satu tanaman dari potongan tersebut," tambah Prof Mitter.

buah alpukat
Perluasan kebun alpukat untuk memenuhi permintaan telah dibatasi oleh karena kurangnya bibit pohon.

Flickr: arsheffield

Teknik Baru

Prof Mitter mengatakan metode baru yang dikembangkan peneliti QAAFI menggunakan bagian kecil dari pohon dewasa dalam sistem kultur jaringan untuk mempercepat dan memperbanyak prosesnya. "Kami bisa membuat potongan kecil itu berakar dalam waktu enam sampai delapan bulan. Bukan hanya itu, kami juga bisa melakukan penggandaan dari potongan kecil batang pohon itu sehingga bisa mendapatkan 500 tanaman dari satu pemotongan ketimbang hanya mendapatkan satu tanaman saja," jelasnya.

"Tidak ada modifikasi genetika. Tidak ada perubahan. Kami tetap menggunakan potongan batang yang sama dari pohon yang sama. Yang kami lakukan hanyalah memberikan kondisi yang pasti, bagus dan yang sesuai dengan yang dibutuhkannya," papar Prof. Mitter.

Metode ini sekarang akan diujicobakan di kawasan Bundaberg dan Tully. Jika terbukti berhasil, Prof. Mitter mengatakan teknik ini bisa menjadi terobosan baru.

"Bukan hanya pasokan tanaman yang akan meningkat. Hal ini juga berarti kita dapat memasok tanaman dengan kualitas yang seragam, sehingga bisa menciptakan perkebunan alpukat dengan tingkat kepadatan yang tinggi," katanya.

"Anda bisa melakukan trellising, menggunakan mekanisme panen yang sama seperti apel. Hal yang tidak pernah bisa dilakukan pada tanaman alpukat sebelumnya karena tanamannya tidak seragam," katanya.

"Kami bisa memproduksi sekitar 20 ribu bibit tanaman di ruang seluas 10 meter persegi. Anda bisa bayangkan penghematan dari segi penggunaan lahan, pupuk, pestisida. Ini metode perkalian yang sangat ramah lingkungan dan efisien," tambahnya.

Prof. Mitter mengatakan bahwa sistem tersebut dapat disesuaikan dengan tanaman lainnya yang mengalami kekurangan stok pohon, seperti kacang macadamia dan mangga.

buah alpukat
Konsumsi buah alpukat di Australia meningkat dari 3,2kg per orang menjadi 3,5kg per orang selama setahun terakhir.

Flickr: rofi

Konsumsi Meningkat

Orang Australia termasuk konsumen alpukat tertinggi di dunia. Mereka tercatat mengkonsumsi sekitar 86 ribu ton alpukat dalam 12 bulan terakhir, atau 3,5 kilogram perorang. Sementara produksi alpukat negara ini selama periode tersebut hanya 66 ribu ton. Kekurangannya diimpor dari Selandia Baru. Konsumsi alpukat di Australia telah meningkat dari 3,2kg per orang menjadi 3,5kg perorang pada tahun lalu.

Direktur Eksekutif Avocados Australia, John Tyas mengatakan produksi buah ini diperkirakan meningkat menjadi 100 ribu ton lebih selama delapan tahun ke depan, namun permintaan buah alpukat di dalam dan di luar negeri sangat baik.

"Sekarang orsang tahu cara memakan alpukat - mulai dari yang dilumatkan untuk sarapan hingga jus alpukat dicampur coklat untuk hidangan penutup. Hal itu berarti mereka juga akan semakin sering membeli alpukat," katanya.

"Kami sekarang memiliki alpukat yang tumbuh di semua negara bagian. Beragamnya iklim dimana alpukat dibudidayakan membuat konsumen dapat menemukan buah alpukat segar di seluruh Australia sepanjang tahun," tambah Tyas.

Prof. Mitter mengatakan peningkatan ketersediaan pohon ini akan mengurangi ketergantungan pada impor. Sebab menawarkan kesempatan kepada petani memperluas budidaya mereka ke daerah baru untuk menghasilkan buah alpukat musiman.

"Alpukat bisa ditanam jika kita memiliki cukup tanaman dan jika kita memiliki kultivar yang sesuai dengan lingkungannya," katanya.

"Dengan tidak tergantung pada variasi musiman, memiliki kultivar baru, sistem kepadatan tinggi, kita dapat mengurangi impor dan meningkatkan ekspor ke pasar Asia yang berada ada di dekat kita," katanya.

"Semua orang menginginkan alpukat. Sekarang ini alpukat menjadi buah yang bagus, sangat sehat dan kaya nutrisi. Saya pikir hal ini akan menjadi terobosan baru bagi industri buah yang satu ini," katanya.

Diterbitkan 24 Agustus 2017. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement