Ahad 03 Sep 2017 11:45 WIB

Mahasiswa Kecam Kekerasan Terhadap Muslim Rohingya

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Agus Yulianto
Warga imigran Rohingya melakukan aksi di depan gedung UNHCR, Jakarta (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga imigran Rohingya melakukan aksi di depan gedung UNHCR, Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam (KAMMI) Sukabumi mengecam kekerasan yang dilakukan terhadap muslim Rohingya, Myanmar. Rencananya, mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat Sukabumi akan menggelar aksi damai menuntut dihentikannya kekerasan di Rohingya pada Ahad (3/9) siang.

"Tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap muslim Rohingya merupakan salah satu bentuk kejahatan atas kemanusiaan yang telah melanggar hak asasi manusia (HAM)," ujar Ketua KAMMI Sukabumi Rinaldi Yusup kepada wartawan. Peristiwa tersebut, kata dia, menyebabkan banyak Muslim Rohingya yang terbunuh dan sisanya mencari suaka ke sejumlah negara tetangga salah satunya Indonesia.

Rinaldi mengatakan, Indonesia sebagai negara tetangga dengan penduduk muslim terbesar harus mengambil peran dalam upaya menghentikan kekerasan di Rohingya. Oleh karena itu lanjut dia para mahasiswa Sukabumi dan elemen masyarakat lainnya akan menggelar aksi bertemakan #StopKillingMuslimRohingya di Alun-Alun Kota Sukabumi.

"Kami meminta pemerintah Myanmar untuk mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya dan menghentikan segala bentuk diskriminasi terhadap etnis Rohingya," kata dia.

Selain itu, lanjut Rinaldi, mendesak agar Indonesia dan negara negara ASEAN melakukan tekanan terhadap Myanmar. Terutama kata dia agar segera menyelesaikan peristiwa berdarah yang terjadi terhadap etnis Rohignya.

Tuntutan lainnya, ungkap Rinaldi, yakni Indonesia dapat mengambil sikap terkait peristiwa berdarah yang terjadi terhadap etnis rohingya dengan mendeportasi duta besar Myanmar di Indonesia. Di samping itu, kata dia, pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi diminta mencegah pengusiran dan pembantaian atas dasar persamaan kemanusiaan. 

Jika tidak dilakukan kata dia maka tokoh tersebut tidak pantas menerima nobel perdamaian. Mahasiswa juga, ujar Rinaldi, mengimbau masyarakat Indonesia untuk mendoakan dan membantu muslim Rohingya agar peristiwa berdarah tersebut segera berakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement