REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah bom rakitan meledak dan terbakar di sebuah kereta bawah tanah pada jam sibuk di London, pada Jumat, (15/9). Bom yang gagal meledak dengan sempurna itu melukai 29 penumpang. Aksi terorisme ini merupakan insiden yang kelima Inggris tahun ini.
Para penumpang yang panik akibat ledakan bom tersebut segera berebutan melarikan diri meninggalkan stasiun Parsons Green di London Barat pada pukul 8.20 pagi (07.20 GMT). Beberapa penumpang menderita luka bakar. Sedangkan lainnya terluka akibat berdesakanmelarikan diri keluar dari stasiun tersebut.
Para pejabat kesehatan mengatakan, tidak ada penumpang yang mengalami luka serius. Kebanyakan penumpang mengalami luka bakar. "Kami menilai ini merupakan ledakan alat peledak improvisasi. Kebanyakan korban mengalami luka bakar," kata Pejabat Antiterorisme Inggris Mark Rowley.
Polisi mengatakan, perburuan yang melibatkan ratusan detektif yang didukung oleh badan intelijen sedang dilakukan untuk mencari tahu siapa pihak bertanggung jawab atas ledakan itu.
Perdana Menteri Inggris Theresa May menyebut insiden pemboman di kereta bawah tanah tersebut sebagai serangan pengecut. Ia mengatakan, tingkat ancaman nasional telah ditingkatkan mencapai tingkat tertinggi alias di titik kritis.
Kelompok militan Islamic State atau IS mengatakan, mereka merupakan dalang di balik beberapa serangan ke kota-kota di Barat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua serangan di London dan satu di Manchester tahun ini.
Mereka mengaku mereka bertanggung jawab atas serangan kereta bawah tanah di London melalui kantor beritanya, Amaq. Namun belum ada lembaga independen memverifikasi klaim IS tersebut.