Ahad 17 Sep 2017 06:52 WIB

Pengungsi Rohingya di Bangladesh Capai 400 Ribu Orang

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Aksi memprotes situasi pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Negara Bagian Arakan Myanmar, di Paris, Sabtu (16/9.
Foto: AP
Aksi memprotes situasi pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Negara Bagian Arakan Myanmar, di Paris, Sabtu (16/9.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- PBB mengumumkan saat ini ada lebih dari 400 ribu warga Rohingya telah meninggalkan Myanmar dan mengungsi ke Bangladesh. Terus bertambahnya jumlah pengungsi membuat pemimpin Bangladesh memutuskan untuk meminta bantuan AS guna mengatasi krisis tersebut.

Perbatasan Bangladesh telah dipenuhi oleh Muslim Rohingya sejak kekerasan meletus di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus lalu. Pada Sabtu (16/9), PBB mengatakan jumlah warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh telah meningkat sebanyak 18 ribu orang dalam sehari.

Juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Chris Lom mengatakan kepada Aljazirah, lembaga bantuan kemanusiaan di Bangladesh sedang berjuang mengatasi lonjakan pengungsi. Lom mengatakan lembaga bantuan kemanusiaan bekerja secepat mungkin, namun sejauh ini mereka hanya mampu membantu kurang dari seperempat jumlah pengungsi.

"Tidak akan ada yang menyangka jumlah yang sebesar ini. Tentu saja jika 100 ribu orang akan datang, mereka bisa saja diakomodasi. Tapi ini mungkin akan mencapai 500 ribu dan mungkin lebih. Ini sangat besar," jelas Lom.

Kondisi semakin memburuk di kota perbatasan Cox's Bazar, karena kamp-kamp Rohingya di sini telah dipenuhi oleh 300 ribu orang dari gelombang pengungsi sebelumnya. Bahkan dua anak dan satu perempuan tewas akibat berdesak-desakan saat sebuah kelompok kemanusiaan membagikan bantuan pakaian di salah satu kamp, pada Jumat (15/9).

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina berangkat ke New York pada Sabtu (16/9) untuk meminta bantuan internasional. Ia juga menuntut lebih banyak tekanan pada Myanmar selama pertemuan di Majelis Umum PBB pada Kamis (12/9).

"Dia meminta penghentian segera kekerasan di negara bagian Rakhine di Myanmar dan meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk mengirim sebuah misi pencarian fakta ke Rakhine," kata Nazrul Islam, juru bicara Perdana Menteri Bangladesh, kepada dikutip Aljazirah.

"Dia juga akan mendesak masyarakat internasional dan PBB untuk memberi tekanan kepada Myanmar untuk mengembalikan semua pengungsi Rohingya ke tanah air mereka di Myanmar," tambah dia.

Menteri Luar Negeri Bangladesh AH Mahmood Ali mengatakan negaranya akan melanjutkan tekanan internasional kepada pemerintah Myanmar untuk segera mengakhiri pembersihan etnis Rohingya yang terus berlanjut. Kementerian Luar Negeri Bangladesh pada Jumat (15/9) memanggil diplomat Myanmar untuk ketiga kalinya di Dhaka untuk memprotes dugaan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat tempur dan helikopter Myanmar.

Kementerian memperingatkan tiga pelanggaran yang dilakukan antara 10 dan 14 September dapat menimbulkan konsekuensi. Pemerintah Bangladesh sebelumnya juga melayangkan protes ke Kedutaan Besar Myanmar di Dhaka saat Myanmar melakukan penanaman ranjau darat di dekat perbatasan mereka, yang telah membunuh beberapa warga Rohingya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement