Senin 16 Oct 2017 16:22 WIB

Ketika Gereja dan Pub di Jerman Berubah Jadi Masjid

Masjid di jerman
Foto:

Tentu berbeda dengan pendatang dari negara-negara Arab atau Timur Tengah yang memang berpindah dan membawa seluruh keluarganya ke Jerman. "Sebenarnya dari situ kita mempunya daya pikat kepada ke Pemerintah Jerman yang membutuhkan banyak tenaga ahli," ujarnya.

Selain tempat ibadah, masjid itu juga merupakan tempat bimbingan kepada mahasiswa, tempat kursus Bahasa Jerman, pusat penggalangan dana untuk kegiatan dakwah dan lainnya.

Dimas berharap segera memiliki bangunan masjid tersebut secara sepenuhnya dan tidak lagi menyewa yang saat ini per tahunnya mencapai 4.000 euro. Selain itu, tantangan yang dihadapi, menurut Dimas, yaitu memastikan bahwa mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Jerman bisa semuanya lulus dengan baik.

"Kita enggak mau ada yang tidak selesai, karena itu kita bimbing di sini karena mereka juga pasti menghadapi perbedaan budaya," katanya.

Masjid Al Falah juga terbuka bagi siapapun yang ingin beribadah di dalamnya, tidak hanya orang Indonesia.  Salah satu Mahasiswa asal Indonesia yang aktif dalam kegiatan masjid Al Falah, Hudzaifah Muhibullah, mengatakan fokus utama kegiatan masih berfokus untuk dakwah ke orang Indonesia.

"Karena belum dirasa perlu bagi kita untuk dakwah ke orang-orang Jerman, paling ada karena pernikahan itupun hanya lima persen," ujar pria yang sudah bermukim di Jerman selama enam tahun itu. Sama seperti Dimas, Dzaif bercita-cita ke depannya bisa memiliki masjid sendiri dan bisa menampung lebih banyak jamaah.

Ditinggalkan

Jurnalis berkebangsaan Jerman sekaligus penulis di bidang studi keislaman Daniel Bax banyaknya gereja berubah fungsi menjadi bangunan lain, termasuk masjid karena banyaknya jemaat yang mulai menganut paham atheis dalam 50 tahun belakangan. "Mereka perlahan menjadi atheis dan mulai meninggalkan gereja," katanya.

Selain itu, seiring berkembangnya pemahaman modern di kalangan warga Jerman, hanya mereka yang dianggap konservatif yang masih pergi beribadah ke gereja. "Sisanya, mereka tidak lagi merasa gereja itu rumah mereka," ujar dia.

Akibatnya, Daniel menyebutkan, banyak yang menjual bangunan gereja terutama gereja-gereja kecil sekitar 50 unit dalam 50 tahun terakhir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement