Jumat 27 Oct 2017 15:16 WIB

AS Bantah CIA Ingin Menggulingkan Duterte

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Duterte
Foto: ABC News
Presiden Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Amerika Serikat (AS) membantah badan intelijen (CIA), berupaya melemahkan dan menggulingkan pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sebaliknya, AS mengklaim mereka sangat menghormati Duterte dan pemerintahannya.

Bantahan AS ini diutarakan setelah sebelumnya Duterte menuding CIA sedang merencanakan pembunuhan terhadap ia dan berupaya menggulingkan pemerintahannya. Duterte mengklaim bahwa CIA telah bersekongkol dengan oposisi politiknya untuk mewujudkan hal tersebut.

"Seperti saya, saya akan memberitahu rakyat Filipina, jika saya amati, itu adalah Amerika (di belakangnya). Ini pekerjaan CIA," kata Dutertepekan lalu.

Duta Besar AS untuk Filipina Sung Kim telah menyanggah tuduhan tersebut. "Sama sekali tidak ada upaya CIA untuk melemahkan kepemimpinan Filipina," ujar Kim, seperti dikutip laman Anadolu Agency, Jumat (27/10).

Kim mengatakan, AS sangat menghormati Duterte yang memenangkan pemilu pada Mei 2016. Presiden Duterte memenangkan pemilihan yang sangat mengesankan. "Kami menghormati pemilihannya dan kami bekerja sama dengan pemerintahannya," katanya menjelaskan.

Ia pun mengklaim, Duterte pernah mengatakan kepadanya bahwa ingin mempertahankan hubungan akrab dengan Washington. Hal tersebut,menurutnya, mengisyaratkan bahwa sebenarnya Duterte memiliki komitmen untuk memiliki hubungan bilateral yang konstruktif dan menguntungkan kedua negara.

Sejak Juni 2016 lalu, Duterte telah menjadi sorotan dunia setelah melancarkan kampanye dan operasi perang melawan narkoba di negaranya. Ia tak segan mengeksekusi warga Filipina yang terbukti mengonsumsi dan mengedarkan narkoba. Operasi tersebut setidaknya telah menyebabkan 7.000 warga Filipina tewas.

Setelah serangkaian aksi pembunuhan dalam operasi anti-narkobanya, Duterte dibanjiri kritik dan kecaman. Tak hanya dari dunia internasional, tapi jugaoleh warga Filipina sendiri. Mereka mengklaim bahwa sebagian besar korban tewas dalam operasi narkoba Duterte merupakan penduduk yang tak bersalah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement