Kamis 09 Nov 2017 13:27 WIB

Rouhani: Saudi Berada di Balik Mundurnya PM Lebanon

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).
Foto: SPA
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menerima kunjungan mantan Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri di Riyadh pada Senin (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran mulai mengomentari perselisihan yang berkembang antara negaranya dan Arab Saudi. Ia menuduh Riyadh menabur permusuhan di Yaman dan mengatur pengunduran diri perdana menteri Lebanon yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (8/11), tanggapan Hassan Rouhani terjadi sehari setelah pangeran mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, menuduh Iran melakukan agresi militer langsung dengan memasok rudal ke pemberontak Houthi di Yaman. Teheran dengan keras membantah tuduhan tersebut.

Ketegangan antara Iran dan Arab Saudi, dua rival regional yang menentang konflik Yaman mulai meningkat setelah peluncuran rudal balistik dari Yaman ke Riyadh pada Sabtu. Rudal tersebut berhasil dicegat dan puing-puingnya jatuh di bandara internasional Riyadh.

"Mengapa Anda menunjukkan permusuhan terhadap orang-orang Suria dan Irak? Mengapa Anda memperkuat ISIS dan membiarkan orang-orang di wilayah ini bersama mereka? Mengapa Anda mencampuri urusan internal dan pemerintahan Lebanon?" ujar Rouhani yang merujuk pada pengunduran diri PM Lebanon Saad Hariri.

Pengunduran Hariri diumumkan dalam pidato televisi dari Riyadh. Ia mengatakan Iran mengendalikan Lebanon. Hariri menyalahkan kelompok militan Syiah yang kuat di Libanon dan gerakan politik Hizbullah yang menguasai penuh kendali di negara tersebut.

Rouhani mengatakan kepada kabinetnya tidak pernah terjadi dalam sejarah sebuah negara memaksa otoritas orang lain untuk mengundurkan diri hanya untuk mengganggu urusan internal negara tersebut. "Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Kemana kamu pergi dengan cara ini?," katanya.

Rouhani menambahkan, Riyadh tidak dalam posisi untuk mengancam Iran. Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengatakan  pengunduran diri Hariri adalah keputusan Saudi.

Iran secara resmi telah memprotes kepada dewan keamanan PBB mengenai tuduhan Saudi atas peluncuran rudal tersebut. Dan tuduhan melakukan agresi militer merupakan asumsi yang tidak berdasar.

Ia mengatakan klaim tersebut merupakan upaya Saudi untuk mengalihkan perhatian dari perang agresi Saudi terhadap Yaman. Riyadh melakukan kejahatan perang dengan menyerang negara termiskin di dunia Arab dan juga memberlakukan blokade pada akses bantuan ke negara yang dilanda kelaparan tersebut. Dia mengatakan Saudi berada di balik serangan  dan pembunuhan orang-orang tak bersalah di Yaman.

Sejak Maret 2015 Arab Saudi telah memimpin sebuah intervensi militer yang didukung AS di Yaman, yang bertujuan untuk mengembalikan posisi presiden yang digulingkan dan  tinggal di pengasingan di ibu kota Saudi, Riyadh. Koalisi Arab Saudi  melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Iran telah menolak dituduh mempersenjatai militer Houthi, yang menguasai Sana'a, ibu kota Yaman.

Rouhani mengatakan  pejabat Saudi membuat kesalahan strategis dengan mempertimbangkan AS dan rezim Israel, sebagai sekutu. Dia mengatakan AS dan Israel berusaha untuk mendominasi wilayah tersebut agar dapat menguasai  minyak dan sumber lainnya.  "Hari ini, pertanyaannya adalah  manfaat  apa yang didapat dari permusuhan Arab Saudi terhadap masyarakat di wilayah ini?" Katanya.

Rouhani membela peran Iran di Irak dan Suriah. Menurutnya,   Iran membantu Irak dan Suriah untuk memerangi terorisme atas permintaan negara tersebut. "Iran bangga  dapat menghentikan ISIS untuk mencapai tujuannya," tambah Rouhani.

Sementara itu, Gedung Putih pada Rabu mengatakan AS mengecam aktivitas rezim Iran dan mendukung  Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement