REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD--- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan pada Ahad terkait pencalonannya kembali untuk jabatan perdana menteri pada pemilihan parlemen 12 Mei mendatang.
Abadi yang memimpin negara tersebut dalam perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) selama empat tahun, mengatakan dia akan berusaha membentuk sebuah blok lintas sektarian yang disebut 'aliansi kemenangan' untuk mengikuti pemilihan parlemen.
Abadi mengambil alih jabatan perdana menteri pada 2014 dari Nuri al-Maliki, sekutu dekat Iran yang banyak dikritik oleh politisi Irak karena keruntuhan tentara saat militan ISIS merebut sepertiga wilayah Irak.
Maliki, yang memimpin partai Dawa Syiah, mengumumkan pada Sabtu bahwa ia juga akan mencalonkan diri dalam pemilihan.
Abadi adalah anggota Dawa namun dia tidak mendapatkan dukungan Maliki untuk pencalonannya. Maliki mengatakan para pendukung Dawa akan bebas memilih antara aliansinya, yang disebut state of law , dan aliansi kemenangan Abadi. '
Abadi diminta untuk segera membangun kembali tentara setelah mengalahkan ISIS di kubu utama Irak, Mosul, Juli lalu, dengan bantuan kuat dari koalisi pimpinan AS.
Maliki memegang gelar seremonial wakil presiden. Dia tetap menjadi tokoh politik yang kuat sebagai kepala Dawa dan blok politik terbesar di parlemen saat ini.
Kantor perdana menteri diperuntukkan bagi masyarakat Arab Syiah yang mayoritas di Irak di bawah sistem pembagian kekuasaan yang didirikan setelah invasi pimpinan AS pada 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein.