Ahad 11 Feb 2018 09:19 WIB

Kim Jong Un Undang Presiden Korea Selatan ke Pyongyang

Moon Jae-in menerima undangan Jong Un.

Rep: Marniati/ Red: Andri Saubani
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengundang Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk melakukan pembicaraan di Pyongyang. Pejabat Korea Selatan mengatakan undangan pribadi dari Kim Jong Un disampaikan secara verbal oleh adik perempuannya, Kim Yo Jong, saat pembicaraan dan makan siang bersama Moon yang diselenggarakan di Blue House presiden di Seoul.

"Kim Jong-un ingin bertemu dengan Moon dalam waktu dekat dan ingin dia mengunjungi Korea Utara," kata juru bicara Blue House Kim Eui-kyeom dalam sebuah taklimat berita.

Seorang pejabat Blue House mengatakan Moon secara praktis menerima undangan tersebut. Pejabat Blue House menjelaskan Kim Yo Jong juga menyampaikan surat pribadi Kim Jong Un untuk presiden Korea Selatan yang menyatakan keinginannya untuk memperbaiki hubungan antar-Korea.

Menurut Juru Bicara Blue House, Moon meminta delegasi Korea Utara untuk lebih giat memulai dialog dengan Amerika Serikat, dengan mengatakan bahwa dimulainya kembali dialog secara dini antara Korea Utara dan Washington mutlak diperlukan untuk perkembangan hubungan antar-Korea. Prospek pembicaraan dua arah antara Korea, bagaimanapun, mungkin tidak disambut baik oleh Amerika Serikat.

Washington telah menerapkan strategi untuk memberikan tekanan maksimum pada Pyongyang melalui sanksi keras dan retorika yang keras, yang menuntutnya untuk melepaskan senjata nuklirnya terlebih dahulu agar terjadi dialog.

"Ini adalah tindakan terkuat yang dilakukan oleh Korea Utara untuk membuat irisan antara Selatan dan Amerika Serikat," kata Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan dan sekarang menjadi profesor di Universitas Korea di Seoul, Kim Sung-han.

Dikatakan Korea Selatan dan Korea Utara mengadakan sebuah diskusi komprehensif mengenai hubungan antar-Korea dan berbagai isu di semenanjung Korea dalam suasana damai. Walaupun tidak ada pernyataan apakah program senjata Korea Utara ikut dalam pembahasan.

Pyongyang melakukan uji coba nuklir terbesarnya tahun lalu dan pada November menguji rudal balistik antarbenua yang paling canggih yang menurut para ahli memiliki jangkauan untuk mencapai daratan Amerika Serikat. Trump berulang kali menolak prospek atau pembicaraan dengan Korea Utara.

Wakil Presiden AS Mike Pence yang juga berada di Korea Selatan untuk menghadiri Olimpiade, mengatakan Amerika Serikat dan Korea Selatan terkait erat dalam pendekatan mereka untuk menangani Korea Utara. "Saya sangat yakin, seperti Presiden Trump, bahwa Presiden Moon akan terus berdiri teguh dengan kami dalam kampanye tekanan ekstrem kami," kata Pence.

Korea Utara dan Selatan secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 berakhir dalam gencatan senjata dan bukan sebuah perjanjian damai. Amerika Serikat bertempur dengan Korea Selatan dan mempertahankan puluhan ribu tentara dan sebuah kesepakatan untuk melindungi sekutunya.

Korea Utara telah menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan militernya, dengan mengatakan bahwa pihaknya perlu melindungi diri dari agresi AS. Kim Yo Jong (28) adalah anggota pertama keluarga Kim Jong Un yang melintasi perbatasan ke Korea Selatan sejak Perang Korea 1950-1953.

Kunjungan Moon ke Korea Utara akan menjadi pertemuan puncak pertama antara para pemimpin dari kedua negara sejak 2007. Ini juga akan menandai KTT antar-Korea ketiga yang akan segera berlangsung.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement