Senin 12 Mar 2018 16:46 WIB

Myanmar Ubah Masjid Rohingya Jadi Pangkalan Militer

Empat masjid Rohingya dibuldoser.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Masjid dan rumah penduduk Muslim Rohingya terus dibakar
Foto: press tv
Masjid dan rumah penduduk Muslim Rohingya terus dibakar

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Myanmar dikabarkan sedang membangun pangkalan militer di atas tanah bekas masjid dan permukiman Rohingya. Amnesty International mengungkapkan pada Senin (12/3) dengan menunjukkan bukti baru dari citra satelit di daerah tersebut.

Kelompok hak asasi tersebut mengatakan bahwa bangunan-bangunan yang tidak rusak pun ikut dibuldoser. Selain pembangunan perumahan dan jalan yang cepat di daerah tersebut, setidaknya ada tiga fasilitas keamanan baru yang sedang dibangun oleh Myanmar.

Menurut Amnesty, dalam satu kasus, warga desa Rohingya yang tinggal di Myanmar diusir secara paksa untuk dijadikan pangkalan militer. "Apa yang kita lihat di Negara Bagian Rakhine adalah perampasan tanah oleh militer dalam skala dramatis," kata Direktur Respons Krisis Amnesty Tirana Hassan, dalam sebuah pernyataan.

"Pangkalan baru sedang dibangun untuk menampung pasukan keamanan yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap Rohingya."

Setidaknya ada empat masjid yang dibuldoser. Laporan tersebut menyebutkan pekerjaan itu dilakukan sejak Desember. Atap dan bagian bangunan lainnya dibuang.

Di salah satu desa Rohingya, citra satelit menunjukkan bangunan untuk sebuah pos polisi perbatasan baru muncul di sebelah masjid yang dibongkar paksa baru-baru ini. Juru bicara pemerintah Aung San Suu Kyi dan militer tidak segera berkomentar. Sementara pejabat Myanmar mengatakan desa-desa tersebut dibuldoser karena akan digunakan untuk memberi jalan bagi rumah baru untuk pengungsi yang akan kembali.

Amnesty berpendapat bahwa pembangunan kembali di desa-desa Rohingya itu tampaknya dirancang untuk menampung lebih banyak pasukan keamanan. Pembangunan itu juga diperuntukkan bagi penduduk desa non-Rohingya, sehingga tidak memungkinkan penduduk etnis Rohingya untuk kembali ke tanah kelahirannya.

Sebanyak 700 ribu penduduk etnis Rohingya terpaksa melarikan diri setelah kekerasan yang dilakukan militer sebagai respons terhadap serangan gerilyawan Rohingya pada 25 Agustus. Etnis minoritas yang sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan itu melarikan diri ke Bangladesh. Sekitar 350 desa hancur karena dibakar oleh pasukan militer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement