Ahad 25 Mar 2018 15:00 WIB

Ribuan Orang Afrika Lawan Pengusiran Massal oleh Israel

Israel akan mendeportasi migran dari Sudan, Eritrea, Uganda, dan Rwanda.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
demonstrasi imigran afrika di Israel
Foto: reuters.com
demonstrasi imigran afrika di Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebanyak 25 ribu pencari suaka dan pendukungnya melakukan aksi unjuk rasa di pusat Tel Aviv, Israel pada Sabtu (24/3). Mereka ingin melawan rencana pengusiran massal Israel terhadap mereka.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia berharap pengadilan ditunda untuk melindungi para migran di negara tersebut. Adapun yang terdampak oleh rencana deportasi tersebut adalah migran dari Sudan dan Eritrea.

Hareetz melaporkan 25 ribu orang berpartisipasi, termasuk para migran dan orang-orang Israel. Selain itu pencari suaka lainnya dideportasi ke Uganda dan Rwanda.

Pemerintah Israel telah memerintahkan kepada para migran untuk kembali ke Afrika (tanpa menyebutkan negara) dengan diberikan imbalan 3.500 dolar AS dan tiket pesawat. Jika tidak, maka mereka akan dikurung tanpa batas waktu.

Deportasi akan dimulai dalam waktu satu pekan. Tetapi pengadilan tertinggi Israel awal bulan ini secara sementara memblokir rencana kontroversial tersebut, setelah ada tantangan hukum dari kelompok-kelompok yang menentang deportasi.Pemerintah Israel telah diberikan waktu hingga Senin untuk mengajukan tanggapannya.

Beberapa organisasi bantuan migran mempublikasikan protes tersebut di media sosial. Dengan menyerukan solusi alternatif untuk deportasi, termasuk memindahkan para migran di luar Tel Aviv, tempat sebagian besar dari mereka tinggal.

Kelompok-kelompok pendukung khawatir bahwa kehidupan orang-orang akan berada dalam bahaya jika mereka diusir ke negara-negara Afrika. Mereka mengatakan rencana pemerintah adalah noda pada citra Israel sebagai tempat perlindungan bagi para migran Yahudi.

Di antara mereka yang berbicara pada aksi protes itu adalah migran Sudan, Monim Haron, yang mengatakan kepada kerumuman bagaimana dia selamat dari genosida di negara asalnya. "Selama 14 tahun pemerintah telah dengan sengaja menyerang warganya dengan senjata kimia," katanya seperti dikutip olehThe Times of Israel."Baru pekan ini, wilayah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan diserang lagi, dan puluhan orang terbunuh, kebanyakan wanita dan anak-anak."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement