Sabtu 31 Mar 2018 02:04 WIB

Petani Palestina Tewas Ditembak Tentara Israel

Serangan terjadi beberapa jam sebelum protes massa di sepanjang perbatasan.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Andri Saubani
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).
Foto: Dok. Istimewa
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan penembakan Israel menewaskan seorang petani Palestina di Gaza pada Jumat (30/3) pagi waktu setempat. Kementerian Kesehatan daerah itu menyatakan, serangan itu terjadi beberapa jam sebelum protes massa di sepanjang perbatasan.

Selain itu, menurut juru bicara kementerian tersebut, korban lain terluka karena tembakan tank di dekat Khan Yunis di Jalur Gaza selatan. Kementerian itu mengidentifikasi orang yang tewas itu sebagai Omar Samour (27 tahun). Para saksi mengatakan, dia sedang mengerjakan tanahnya dekat perbatasan ketika meriam-meriam itu meluncur kepadanya.

Namun, seorang juru bicara militer Israel mengatakan lain. "Dua tersangka mendekati pagar keamanan di sepanjang Jalur Gaza selatan dan mulai beroperasi dengan mencurigakan. Menanggapi sebuah tank (Israel) yang ditembakkan ke arah mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa tentara mengetahui laporan kematian tersebut, dikutip the Guardian, Jumat (30/3).

Penembakan itu terjadi hanya beberapa jam sebelum pembukaan kamp-kamp protes besar di dekat perbatasan. Protes tersebut telah mendorong tentara Israel untuk mengerahkan bala bantuan, termasuk lebih dari 100 pasukan khusus penembak jitu. Karena takut upaya massal untuk menerobos pagar keamanan.

Ratusan orang, termasuk wanita dan anak-anak, diperkirakan akan berbaris ke kamp-kamp dalam sebuah acara yang dijuluki "The Great March of Return," yang mendapat dukungan dari para penguasa Gaza, dariHamas.

Orang-orang Palestina berbaris dengan kota tenda yang didirikan untuk merayakan Hari Tanah. Ketika itu enam orang Arab Israel dibunuh pada 1976 dalam demonstrasi melawan penyitaan Israel atas Tanah Arab.

Kamp-kamp protes itu diperkirakan akan tetap ada selama lebih dari enam pekan dalam persiapan untuk peresmian kedutaan AS baru di Yerusalem sekitar 14 Mei. Pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap kota yang disengketakan sebagai ibu kota Israel pada Desember telah membuat marah orang-orang Palestina, yang mengklaim sektor timurnya yang dianeksasi sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Hamas telah berperang sebanyak tiga kali dengan Israel sejak 2008. Dan kepala staf Israel Letnan Jenderal Gadi Eisenkot telah memperingatkan bahwa aksi protes Gaza yang menimbulkan risiko paling serius dalam konflik baru sejak dia menjabat pada 2015.

Protes di sepanjang perbatasan itu biasa terjadi. Sering kali memuncak pada pemuda Palestina yang melempar batu ke tentara Israel yang merespons dengan gas air mata, dan peluru karet dan peluru hidup.

Protes March of Return berbeda karena melibatkan ratusan orang Palestina. Termasuk seluruh keluarga dengan wanita dan anak-anak, berkemah di sepanjang perbatasan selama berpekan-pekan.Lima lokasi kamp utama telah dibangun di sepanjang perbatasan yang dijaga ketat, dari dekat perbatasan Erez di utara sampai Rafah, di mana itu bertemu dengan perbatasan Mesir di selatan.

Menurut penyelenggara acara-acara kebudayaan direncanakan di tenda-tenda komunal yang lebih besar, termasuk tarian tradisional dabke Palestina. Sementara puluhan ribu makanan akan dibagikan pada Jumat.Pasangan muda menikah di dekat salah satu kamp pada Kamis malam.

Peluncuran protes dilakukan saat Palestina menandai Hari Tanah, memperingati pembunuhan enam demonstran Arab yang tidak bersenjata di Israel pada tahun 1976. Diperkirakan akan dimulai pada Jumat pagi tetapi membengkak setelah shalat Jumat.

Penyelenggara mengatakan kamp akan tetap berdiri sampai 15 Mei ketika Palestina memperingati Nakba, atau "malapetaka", ketika lebih dari 700 ribu orang Palestina melarikan diri dari tanah mereka atau diusir selama perang yang menyebabkan terciptanya Israel pada tahun 1948.

Menurut PBB, sekitar 1,3 juta dari 2 juta penduduk Gaza adalah pengungsi atau keturunan mereka. Dan protes tersebut menyerukan agar mereka diizinkan untuk kembali ke tanah yang sekarang adalah (milik) Israel.

Rencana Washington untuk meluncurkan kedutaan barunya pada waktu yang sama yang bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel. Hal itu semakin memicu kemarahan Palestina. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, pada Kamis menyebut protes itu sebagai provokasi terencana yang direncanakan dan menegaskan kembali hak Israel untuk mempertahankan kedaulatan dan melindungi warganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement