Kamis 03 May 2018 22:57 WIB

Partai Oposisi Australia Ingin Larang Ekspor Domba

Larangan ekspor dipicu kematian 2.500 ekor domba di kapal menuju Timur Tengah.

Red: Nur Aini
Kalangan industri terkait menyatakan populasi domba di Australia Barat terus berkurang.
Foto: abc
Kalangan industri terkait menyatakan populasi domba di Australia Barat terus berkurang.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Masa depan ekspor ternak domba Australia semakin tidak menentu setelah Partai Buruh yang beroposisi kini menyerukan larangan menyeluruh terhadap industri ini.

ABC Australia mengungkapkan sebelum tragedi kematian 2.500 ekor domba dalam kapal yang menuju ke Timur Tengah, sebenarnya seorang eksportir telah memperingatkan risiko tersebut kepada pemerintah. Juru bicara Partai Buruh urusan pertanian Joel Fitzgibbon mengatakan industri ekspor tersebut tidak layak dilanjutkan dan harus diakhiri dalam beberapa tahun.

"Saya tahu hal ini butuh waktu beberapa tahun. Tapi tak mungkin satu dekade," katanya, Kamis (3/5).

"Kita harus cepat karena pasar juga sudah berubah. Jika kita menginginkan produsen daging domba terus mendapatkan profit, maka kita perlu memulai transisinya sekarang," ujar Fitzgibbon.

Dia mengaku tidak dapat menetapkan jangka waktu yang diperlukan untuk meninggalkan industri ekspor domba tersebut. Partai Buruh menghendaki adanya penundaan sementara ekspor ternak domba saat musim panas di belahan utara. Sebab itu merupakan periode paling berbahaya untuk ekspor domba.

Namun menurut Fitzgibbon, terungkapnya tragedi kematian ribuan ternak belum lama ini memaksa oposisi mengubah sikap untuk melarang total."Kami melihat masa depan cerah untuk sektor pengolahan daging dan mata rantainya di sini di Australia. Masa depan cerah bagi para produsen," ujarnya.

"Kami yakin dapat meningkatkan keuntungan mereka, namun kami melihat tak ada masa depan bagi ekspor ternak domba," ujarnya.

Menanggapi hal ini, Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengecam Partai Buruh dan memperingatkan larangan itu akan merugikan lapangan kerja. "Apa yang dilakukan Partai Buruh hanya menunjukkan betapa sembrononya mereka," katanya.

"Kita harus membuat keputusan atas industri ekspor kita yang besar ini dengan memanfaatkan sains dan informasi. Kita harus melakukannya berdasarkan informasi, bukan emosional," ujarnya.

Kajian yang diinisiasi pemerintah terhadap sektor ekspor ternak domba akan diketahui hasilnya dalam beberapa pekan. Menteri Pertanian David Littleproud berkali-kali menyatakan hasil kajian akan menentukan kebijakan mengenai masa depan industri ini.

"Dengan (pendekatan) sains yang hasilnya tinggal dua minggu, Partai Buruh buru-buru menyerukan larangan, menghukum para peternak yang tidak bersalah," katanya.

"Para peternak dan pengusaha yang masih trauma dengan larangan ekspor ternak sapi (yang dikeluarkan Pemerintahan Partai Buruh) pada 2011 pasti sangat khawatir," tambahnya.

CEO Badan Ekspor Ternak Australia Simon Westaway mengatakan sektor itu menginginkan adanya reformasi jangka panjang bukan pelarangan.

Sikap baru Partai Buruh yang beroposisi tersebut disampaikan di saat para aktivis perlindungan hewan berjanji menyumbangkan dana paket dukungan untuk peternak dalam mengakhiri industri ini. RSPCA dan Animals Australia, kelompok yang membocorkan rekaman domba-domba sekarat di kapal Awassi Express tahun lalu, masing-masing menjanjikan dana 500 ribu dolar Australia.

Kedua kelompok mendesak pemerintah federal dan negara bagian turut menyumbang. Ketua RSPCA Gary Humphries mengatakan, bantuan dana itu menunjukkan kelompok-kelompok perlindungan hewan sangat yakin dalam mendukung pelarangan itu.

"Kami siap menyumbangkan dana untuk memastikan para peternak tidak terbelit dalam kesulitan karena terjadinya penyesuaian yang tak terelakkan," katanya.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-05-03/oposisi-australia-desak-pelarangan-ekspor-domba/9723616
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement