Senin 07 May 2018 16:19 WIB

Menteri Luar Negeri Inggris ke AS untuk Bujuk Donald Trump

Menlu Inggris menilai keluar dari kesepakatan nuklir hanya akan menguntungkan Iran.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk berkomitmen pada perjanjian nuklir Iran. Dia memperingatkan agar Trump tidak membuat kesalahan terkait kesepakatan tersebut.

Johnson saat ini tengah berada di Washington. Keberadaannya di Ibu Kota AS adalah untuk membujuk Trump untuk tetap setia pada Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang dicapai pada 2015 lalu.

Kesepakatan itu ditandantangani oleh AS, Inggris Prancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Iran. Meski demikian, Trump menilai ada kecacatan dalam perjanjian tersebut. Dia mengatakan, pakta yang ada saat ini merupakan kesepakatan yang gila.

Trump meminta revisi dilakukan dengan memasukan program rudal balistik, aktivitas nuklir, dan pengaruh Iran di timur tengah dalam kesepakatan tersebut. Eropa kini hanya memiliki batas waktu hingga 12 Mei nanti untuk membujuk Trump tetap bertahan dengan kesepakatan yang ada.

Johnson mengatakan, menarik diri dari kesepakatan nuklir hanya akan menguntungkan Iran. Dia menambahkan, JCPOA merupakan opsi terbaik dari semua pilihan yang tersedia untuk memastikan Iran tidak akan pernah bisa mengembangkan persenjataan nuklir.

"Memang memiliki kecacatan tapi saya optimis hal itu dapat diperbaiki," kata Boris Johnson seperti diwartakan BBC, Senin (7/5).

Dia mengatakan, Inggris dan negara Eropa lain yang terlibat dalam perjanjian itu tengah bekerja bersama pemerintahan Trump untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Perjanjian itu, Johnson mengibaratkan, sebuah borgol yang mengekang tangan.

Tak hanya Inggris, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanlselir Jerman Angela Merkel juga sudah melakukan lobi serupa kepada Trump. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mengingatkan Trump untuk tidak keluar dari kesepakatan tersebut.

"Tidak ada keuntungan untuk menghilangkan borgol itu dan lebih bijak jika borgol itu diperbaiki ketimbang dirusak," kata Johnson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement