REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemimpin Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim ingin agar mantan perdana menteri Najib Razak segera dipenjara. Najib diduga terlibat dalam skandal korupsi 1MDB yang saat ini kembali mencuat ke publik.
Pada hari pembebasannya dari penjara, Anwar mengaku segera kembali ke parlemen. "Beri saya waktu beberapa bulan, saya akan kembali ke parlemen. Ini kebenaran yang harus dilakukan segera," kata Anwar yang dipenjara pada 2015 atas tuduhan pelecehan seksual, kemarin.
Pembebasan Anwar mengakhiri ketegangan politik di Malaysia. Hasil pemilihan umum kemarin menjadi angin segar untuk mantan wakil perdana menteri itu. Dari tahanan, ia direncankan akan kembali menduduki kursi PM. Hal ini melihat kondisi kesehatan Mahathir Mohamad yang tidak sebugar pada masa jayanya.
Sebaliknya, hasil pemilu menjadi kabar buruk bagi Najib karena ia dinilai tidak bisa berlindung lagi di balik kekuasaan. Anwar mengatakan, Najib akan segera menempati tempat yang baru saja dia tinggalkan di penjara."Dia pasti akan dituntut," kata Anwar. "Akan sulit baginya untuk melarikan diri dari penjara," kata dia menambahkan.
Najib diduga melakukan penggelapan dana keuangan negara dan telah menerima uang dari Raja Saudi. Namun, ia membantah tuduhan tersebut.
Senada dengan Anwar, Perdana Menteri terpilih Mahathir Muhammad juga yakin Najib telah mencuri uang negara senilai lebih dari 4,5 miliar dolar AS. Kepolisian Malaysia kemudian melakukan penggeledahan ke lima lokasi yang terkait dengan Najib.
Skandal 1MDB membuat Mahathir tampil kembali ke laga politik. Dia sebelumnya pernah mundur dari Barisan Nasional dan membentuk partai baru. Mahathir beraliansi dengan politikus lainnya yang pernah dipenjarakan selama memimpin Malaysia, termasuk bekas wakilnya, Anwar Ibrahim. Mahathir dahulu pernah memenjarakan Anwar.
Mahathir juga telah memberi isyarat bahwa dia akan menyerahkan kekuasaan PM kepada Anwar dalam dua tahun ke depan.