REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah dipanggil untuk memberikan kesaksian di hadapan Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) pada Selasa (22/5) pekan depan. Pemanggilan tersebut merupakan bagian dari investigasi skandal korupsi dana negara 1 Malaysia Development Berhad (1MDB) yang menjeratnya.
"Sejauh ini, dia telah diminta untuk muncul pada Selasa depan untuk memungkinkan kami mendengar pernyataannya yang berkaitan dengan SRC International," kata kantor berita Bernama yang dikelola negara, mengutip sumber MACC dalam laporan yang dikeluarkan Jumat (18/5) malam.
SRC International adalah anak perusahaan dari 1MDB sebelum ditempatkan langsung di bawah Kementerian Keuangan pada 2012. Najib saat itu masih menjabat sebagai perdana menteri dan menteri keuangan Malaysia. Uang ratusan juta dolar AS terkait dengan SRC International diduga telah hilang.
Najib (64 tahun) secara tak terduga kalah dalam pemilihan umum Malaysia pada 9 Mei lalu. Popularitasnya menurun setelah ia dituduh terlibat dalam konspirasi besar penipuan dan pencucian uang miliaran dolar AS dari dana 1MDB yang membentang di seluruh dunia.
Polisi Malaysia menyita beberapa ratus tas dan lusinan koper berisi uang tunai, perhiasan dan barang berharga lainnya sebagai bagian dari investigasi korupsi dan pencucian uang mantan Perdana Menteri Najib Razak di Kuala Lumpur, Malaysia Jumat, (18/5).
Najib sudah dilarang meninggalkan Malaysia setelah pemilihan umum dilangsungkan. Polisi juga telah menyita sejumlah besar uang tunai, perhiasan, dan barang-barang mewah dari rumahnya dan tempat-tempat lain pekan lalu.
Ketika laporan semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir mengenai uang miliaran dolar AS yang diduga dijarah oleh Najib dari 1MDB, Pemerintah Malaysia segera menutup penyelidikan domestik terkait skandal itu. Pemerintah juga menangkap kritikus yang menyerukan penyelidikan penuh dan memberangus organisasi berita yang melaporkan skandal tersebut.
Namun, mantan perdana menteri Mahathir Mohamad yang berusia 92 tahun telah mengungkapkan kemuakan atas skandal itu. Ia memutuskan untuk keluar dari masa pensiunnya dan memimpin koalisi Pakatan Harapan yang kemudian meraih kemenangan elektoral menakjubkan pada pemilu 9 Mei lalu. Mahathir telah berjanji untuk sepenuhnya menyelidiki skandal 1MDB.