REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kepala Departemen Investigasi Kejahatan Komersial Malaysia (CCID) Amar Singh mengatakan pihaknya telah menyita uang tunai sebesar 114 juta ringgit dari apartemen-apartemen mewah milik mantan perdana menteri Najib Razak. Selain uang tunai, CCID juga menyita perhiasan dan jam tangan mewah.
"Dari 72 tas yang disita, 35 di antaranya berisi 114 juta ringgit uang tunai dalam 26 mata uang asing. Ada 37 tas berisi jam tangan dan perhiasan," kata Amar Singh kepada awak media pada Jumat (25/5), dilaporkan laman The Straits Times.
Ia mengungkapkan sebagian besar uang tunai yang disita dalan bentuk ringgit dan dolar Singapura. CCID juga menyita sejumlah tas mewah milik istri Najib, Rosmah Mansor. Sebagian besar tas berasal dari merek kenamaan Prancis, Hermes.
"Kami sedang berdiskusi dengan merek mewah untuk mengautentikasi mereka (tas-tas milik Rosmah Mansor). Kami akan mengirim gambar ke Paris untuk autentikasi dan penilaian mereka," kata Amar Singh.
Amar mengungkapkan, sejak Jumat pekan lalu polisi telah melakukan penggeledahan di 12 tempat yang terkait dengan Najib, termasuk tiga apartemen mewah dan kediaman pribadinya di Taman Duta. Penggeledahan ini dilakukan dalam rangka mencari bukti keterlibatan Najib dalam kasus penyelewengan dana 1Malaysoa Development Berhad (1MDB).
Puluhan tas mewah, jam tangan, dan uang tunai sebesar 500 juta ringgit disita dari kediaman Najib di Taman Duta. Najib sendiri telah melaporkan proses penggeledahan itu kepada kepolisian.
Ia mengklaim barang-barang yang disita merupakan hadiah dari teman-temannya. Sementara uang tunai merupakan hasil sumbangan yang diperuntukkan bagi kampanye koalisi Barisan Nasional dalam pemilu lalu.
Skandal penyelewengan dana miliaran dolar milik 1MDB mulai mencuat pada 2015. Sejak kemunculannya kasus ini telah menyeret nama Najib. Ia diduga menikmati aliran dana 1MDB untuk kepentingan pribadinya.
Salah satunya aliran dana sebesar 10,6 juta dolar AS dari SRC International, yakni unit perusahaan 1MDB. Dana tersebut dilaporkan masuk ke rekening Najib pada akhir 2015. Najib secara konsisten membantah peranan dan keterlibatannya dalam kasus penyelewengan dana 1MDB.
Kendati demikian saat ini keterangan Najib masih digali oleh Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC). 1MDB adalah sebuah perusahaan pembangunan strategis milik pemerintah Malaysia. 1MDB didirikan untuk mendorong inisiatif strategis bagi pembangunan ekonomi jangka panjang dengan menjalin kemitraan global dan mempromosikan investasi asing secara langsung.
Pada 2015, sejumlah media massa, satu di antaranya adalah Wall Street Journal, menyebut 1MDB telah digunakan untuk menyedot dana negara ke rekening pribadi Najib Razak yang kala itu masih menjabat sebagai perdana menteri. Saat ini kasus 1MDB setidaknya tengah diselidiki di enam negara.