Jumat 29 Jun 2018 04:40 WIB

Pria Thailand yang Pernah Terjebak di Gua Kenang Pengalaman

Gua di Chiang Rai bagaikan labirin.

 Tim penyelamat mengatur selang dan pompa air dalam pencarian tim sepak bola yang hilang di gua di Mae Sai, Chiang Rai, Thailand, Kamis (28/6).
Foto: AP Photo/Sakchai Lalit
Tim penyelamat mengatur selang dan pompa air dalam pencarian tim sepak bola yang hilang di gua di Mae Sai, Chiang Rai, Thailand, Kamis (28/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Seorang pria yang pernah tersesat di gua Thailand, tempat petugas penyelamat mencari sekelompok anak laki-laki dan pelatih sepak bola mereka menyebut pengalaman selamat dari gua itu sebagai keajaiban, Kamis (28/6). Regu penyelamat Thailand dan asing menjelajahi gugus gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai yang banjir untuk menemukan 12 siswa berusia 11-16 tahun dan pelatih sepak bola berusia 25 tahun, yang hilang di gua itu pada Sabtu.

Pada 2002, Intu Incharoen dan empat temannya juga berangkat menjelajahi gua itu. Para ibu secara turun-temurun melarang anak-anak mereka pergi menjelalahinya.

Ia bersama teman-temannya kemudian tersesat. "Saya sangat tersesat. Saya hampir tidak bisa keluar," kata Intu (34 tahun) kepada Reuters.

Warga asli Chiang Rai itu mengatakan bagian dari lantai gua itu berlubang dan ada banyak saluran samping, beberapa jatuh ke kedalaman kegelapan yang belum dipetakan. "Anda bisa jatuh ke tanah berlubang. Ada banyak percabangan. Itu adalah labirin. Sangat dalam sehingga Anda tidak tahu di mana itu berakhir," kata Intu.

Ke-12 anak laki-laki dan pelatih mereka berangkat ke gua setelah latihan sepak bola pada Sabtu. Sepeda dan sepatu bot mereka ditemukan di mulut gua tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka kecuali beberapa jejak kaki di dekat mulut gua.

Jaringan gua itu membentang sejauh 10 Km (6 mil) ke gunung yang dikelilingi hutan. Para pekerja penyelamat yakin banjir telah menjebak bocah-bocah itu di sebuah ruangan. Upaya penyelamatan telah diganggu oleh naiknya air, sementara hujan lebat turun tanpa henti.

Martin Ellis, penulis The Caves of Thailand Volume 2 menjelaskan bagaimana gua itu rentan terhadap banjir di musim hujan yang biasanya berlangsung dari Mei hingga Oktober. "Gua ini hanya bisa dieksplorasi antara November dan Juni," tulis Ellis.

Intu mengatakan dia dan teman-temannya begitu tersesat sehingga tidak mungkin bagi mereka menelusuri kembali langkah mereka, kembali ke arah mereka datang. Beberapa jam kemudian, mereka mendengar para wanita meminta bantuan dari ruang yang bersebelahan. Setelah mengikuti suara, kedua kelompok itu bergabung dan akhirnya menemukan rute keluar kembali ke pintu masuk.

"Itu mukjizat," kata Intu.

Intu mengatakan orang tua sudah lama memperingatkan anak-anak mereka untuk menjauh dari gua. "Gua itu tempat terlarang. Orang tua selalu menasehati, 'kamu bisa pergi ke mana saja, tapi tidak ke sana'," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement