REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat respons sejumlah pihak. Salah satunya dari Kanselir Jerman Angela Merkel yang mengaku senang mendengar rencana pertemuan tersebut.
"Saya pikir itu harus menjadi normal lagi bahwa presiden Rusia dan Amerika bertemu satu sama lain, karena kedua negara ini memegang 90 persen dari senjata nuklir dunia," kata Merkel yang dilansir dari Newsweek, Jumat (20/7).
Karena itu, ia enggan mempersoalkan rencana pertemuan tersebut."Saya pikir kita hidup dalam waktu yang sangat menarik, menarik, dan krusial, ketika segala sesuatunya berubah dalam tatanan global," ujar Merkel yang dilansir dari Newsweek, Jumat (20/7).
Menurutnya, hubungan AS dengan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Uni Eropa, dan G7 selama ini juga tidak pernah lebih tegang. Washington telah memasuki perang dagang dengan Cina dan mengenakan tarif pada beberapa produk UE. Sementara, Populisme telah mendapatkan pijakan di Eropa dan Amerika Serikat dengan cara beberapa analis akan meramalkan beberapa tahun yang lalu.
"Trump telah mengadakan pertemuan ramah dengan musuh bebuyutan: Korea Utara dan Rusia, mengadakan pertemuan gabungan yang semua pihak cirikan sebagai sukses," katanya.
Sementara itu, hubungan Merkel dengan Trump sangat buruk dalam beberapa bulan terakhir. Trump menyerang Jerman selama KTT NATO baru-baru ini, dan beberapa laporan menunjukkan bahwa dia melemparkan permen padanya selama pertemuan G-7 di Kanada pada bulan Juni. Namun demikian, Merkel terus bersikeras bahwa hubungan Jerman dengan AS adalah yang penting.
"Hubungan kerja transatlantik, termasuk dengan presiden AS, sangat penting bagi kami dan saya akan terus mengembangkannya," kata Merkel kepada wartawan pada hari Jumat.