Sabtu 10 Nov 2018 12:50 WIB

Cina Minta Australia Bangun Kepercayaan Politik

Hubungan antara Australia dan Cina tak terjalin harmonis.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Bendera Australia dan Cina.
Foto: AAP
Bendera Australia dan Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menggelar pertemuan di Beijing, Kamis (8/11). Dalam pertemuan itu, Wang menyatakan pentingnya membangun kepercayaan politik di antara kedua negara.

“Sangat penting bagi kedua belah pihak untuk membangun kembali rasa saling percaya politik untuk mengonsolidasikan hubungan bilateral” kata Wang, dikutip laman Xinhua.

Ia tak menjelaskan secara spesifik tentang alasan perlunya membangun kepercayaan politik antara negaranya dan Australia. Pada kesempatan tersebut, Wang mengapresiasi dukungan dan keterlibatan Australia dalam kegiatan China International Import Expo yang digelar pertama kalinya di Shanghai. Ia pun memuji Australia untuk turut terlibat dalam kerja sama ekonomi One Belt and One Road Initiative.

“Kami siap memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Australia dalam mekanisme multilateral sebagai cara bersama-sama menjaga multilateralisme serta perdagangan bebas,” kata Wang.

Sementara itu Payne mengatakan perkembangan ekonomi Cina memiliki arti positif bagi negaranya.“Australia menyambut baik peningkatan investasi Cina,” kata Payne seraya menambahkan bahwa kerja sama di bawah One Belt and One Road (OBOR) Initiatove akan berkontribusi pada pembangunan infrastruktur di kawasan.

Meluasnya pengaruh Cina yang muncul bersamaan dengan proyek ekonominya, terutama di kawasan Pasifik, sempat dianggap memicu kekhawatiran Australia. Hal itu dinilai menjadi alasan utama Australia menyiapkan dana sebesar 2,18 miliar dolar AS untuk dipinjamkan dan dihibahkan ke negara-negara di Pasifik.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, dana tersebut nantinya akan dihibahkan dan dipinjamkan untuk keperluan pembangunan infrastruktur, seperti di bidang telekomunikasi, energi, transportasi, dan lainnya.

Selain menyiapkan dana, guna memperkuat posisi Australia di Pasifik, Morrison juga akan memperluas kehadiran diplomatik di Pasifik. Hal itu dilakukan dengan mengirim diplomat ke beberapa wilayah, seperti Kepulauan Marshall, Polinesia Prancis, Niue, dan Kepulauan Cook.

Morrison mengungkapkan, negaranya akan menjalin dan memperkuat kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan pulau-pulau di Pasifik. Hal itu diaktualisasikan melalui kegiatan latihan gabungan.

Para analis menilai kebijakan yang diambil Morrison itu ditujukan untuk memerangi pengaruh Beijing di Pasifik. “Australia bereaksi terhadap apa yang dilakukan Cina. Australia membutuhkan lebih banyak alat untuk terlibat dengan Pasifik,” kata pakar kebijakan luar negeri Kepulauan Pasifik Jonathan Pryke.

Sementara profesor hubungan internasional di Melbourne La Trobe University Nick Bisley menilai, kebijakan Morrison di Pasifik akan menjadi tolok ukur apakah Australia dapat meningkatkan hubungan dengan Cina. “Pengumuman itu menjadi alat ukur apakah Australia dapat meningkatkan hubungan dengan Beijing sambil melakukan hal-hal yang sebelumnya mengganggu Cina,” ucapnya.

Cina telah menghabiskan dana sebesar 1,3 miliar dolar AS untuk pinjaman lunak dan donor bagi negara-negara di Pasifik. Hal itu menempatkan Cina sebagai negara pendonor terbesar kedua di Pasifik setelah Australia. Hubungan antara Australia dan Cina sendiri tak terjalin harmonis sejak Canberra menuding Beijing mengintervensi urusan domestiknya akhir tahun lalu.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement