REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para senator AS mengatakan mereka semakin yakin Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman bertanggungjawab atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pernyataan tersebut mereka lontarkan usai diberi pengarahan oleh CIA tentang persoalan pembunuhan.
"Anda harus sengaja buta untuk tidak sampai pada kesimpulan ini tidak diarahkan dan organisir oleh orang-orang di bawah komando MbS (Mohammed bin Salman)," kata senator dari partai Republik, Lindsey Graham setelah bertemu dengan Direktur CIA Gina Haspel, Rabu (5/12).
Pernyataan itu akan menjadi tekanan kepada pemerintah Presiden AS Donald Trump yang membela putra mahkota Arab Saudi tersebut. Graham mengatakan mungkin tidak ada 'asap mesiu' tapi ada 'asap gergaji'. Ia menyinggung bekas gergaji di tulang Khashoggi yang dilihat penyidik.
Padahal, sebelumnya Graham salah satu pendukung Trump yang paling vokal. Bukti yang dilihat penyidik tersebut menjadi bukti tuduhan terkuat senat-senat AS. Baik kubu Republik dan Demokrat mengatakan mereka masih ingin meloloskan peraturan yang mengirim pesan kepada Arab Saudi bahwa AS mengutuk pembunuhan Khashoggi.
Tapi mereka terpecah menjadi dua kelompok lagi dalam bagaimana cara untuk melakukan hal itu. Banyak anggota legislatif dari partai Demokrat ingin AS langsung menghentikan dukungan dan bantuan kepada Arab Saudi dalam perang Yaman.
Namun, Trump dan beberapa anggota partai Republik berpendapat AS tidak bisa mengambil tindakan yang dapat mempertaruhkan hubungan mereka dengan Arab Saudi. Menurut mereka, Arab Saudi sekutu terbaik AS di Timur Tengah.
"Harus ada orang yang dihukum, sekarang pertanyaannya bagaimana Anda bisa memisahkan putra mahkota Arab Saudi dan kelompok dari negara itu sendiri?" kata senator asal partai Republik lainnya, Richard Shelby.
Pada pekan lalu sebanyak 14 senat partai Republik pendukung Trump menentang presiden AS tersebut. Mereka menolak permintaannya dan memilih untuk mengakhiri dukungan AS ke koalisi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.
Pilihan senator partai Republik yang tidak biasa ini datang setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan Jim Mattis mendesak para anggota legislatif untuk tidak merusak hubungan AS-Arab Saudi. Direktur CIA Gina Haspel tidak hadir dalam rapat para senator dengan Pompeo dan Mattis tersebut.
Graham mengatakan ia tidak akan memilih resolusi Yaman. Ia akan lebih memilih untuk meloloskan regulasi terpisah untuk memotong penjualan senjata ke Arab Saudi, bantuan militer ke koalisi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman dan memberlakukan sanksi untuk mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia.
Graham memperkenalkan rancangan regulasi itu bulan lalu. Senator dari partai Demokrat Bob Menendez yang juga sponsor utama peraturan itu mengatakan setelah diberi pengarahan dari Gina Haspel mungkin ia akan meloloskan regulasi itu sebagai amademen untuk bisa diloloskan sebagai must-pass speading bill (tindakan yang dianggap sangat penting, yang harus diloloskan dan disahkan oleh Kongres AS) jika senat tidak dapat meloloskannya untuk resolusi perang.
Baik dari Partai Republik maupun Demokrat mendesak Trump untuk secara pribadi mengecam pembunuhan yang diperintahkan putra mahkota Arab Saudi. "Jika putra mahkota berhadapan dengan juri dia akan langsung dihukum dalam 30 menit," kata ketua komite bidang Hubungan Luar Negeri Senat AS Bob Corker.
Ia yakin Mohammed bin Salman dapat dijatuhi hukuman atas pasal pembunuhan. Beberapa senator keluar dari ruang rapat untuk memberikan ruang kepada para pemimpin komite berbicara dengan Haspel.
"Sebelum pertemuan ini, saya yakin kami harus melakukan sesuatu di perang Yaman dan saya yakin kami harus melakukan sesuatu ke Arab Saudi, pandangan saya hanya semakin keras setelah pertemuan ini, saya harap para senator akan bertindak dan mengirimkan pesan tegas, pesan yang menegaskan tindakan semacam itu tidak dapat diterima dan saya yakin undang-undang saya dengan Senator Graham adalah langkah yang tepat," kata Menendez.