Senin 04 Feb 2019 14:22 WIB

Lima Anggota Abu Sayyaf Terkait Bom Gereja Filipina Menyerah

Kammah Pae diyakini pihak berwenang membantu pasangan asal Indonesia dalam pemboman.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Nur Aini
Militan Abu Sayyaf di Filipina.
Foto: Youtube
Militan Abu Sayyaf di Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Lima anggota Abu Sayyaf menyerah kepada pihak berwenang Filipina pada akhir pekan. Anggota kelompok militan itu diyakini berada di balik peristiwa pemboman sebuah gereja di Filipina Selatan, beberapa waktu lalu.

Kepala Polisi Nasional Filipina, Oscar Albayalde mengatakan, Kammah Pae yang diyakini pihak berwenang telah membantu pasangan asal Indonesia dalam serangan bom bunuh diri 27 Januari 2019. Ia menyebut, Kammah Pae menyerahkan diri kepada pasukan pemerintah, kata Oscar Albayalde.

"Ia dipaksa untuk menyerah. Ia mungkin tidak ingin mati selama serangan militer,"  kata Albayalde pada konferensi pers, Senin (4/3).

photo
Kondisi gereja Katedral Romawi di Jolo, provinsi Sulu, Filipina usai dihantam dua bom, Ahad (27/1)

Albayalde menambahkan, Kammah membantah terlibat dalam pemboman kembar di Gereja Katedral Jolo yang menewaskan 23 orang, termasuk warga sipil dan tentara. Tetapi, laporan para saksi mata menunjukkan dia yang mengawal pasangan Indonesia. Selain itu, pasukan petugas keamanan juga mengambil alat peledak improvisasi (IED) dan komponen lainnya dari rumahnya Kammah.

Dalam peristiwa baku tembak di Kota Patikul, Provinsi Sulu, Sabtu (2/2), petugas keamanan Filipina menewaskan tiga tersangka gerilyawan Abu Sayyaf. Sementara, lima petugas juga meninggal dalam insiden itu. Saat mereka mengejar para pelaku yang berada di belakang serangan bom gereja.

"Kelima tersangka Abu Sayyaf akan menghadapi beberapa tuduhan, antara lain, pembunuhan," ucap Albayalde.

Namun, ia menyebut, penyelidikan kelima tersangka atas pemboman gereja di Sulu masih jauh dari selesai. "Ada lebih banyak bukti yang perlu diperiksa dengan cermat," tuturnya.

Abu Sayyaf adalah organisasi militan yang terkenal karena penculikan dan faksi ekstremis dan telah berjanji setia kepada Negara Islam.

Sebelumnya, Selasa (29/1) Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menyarankan bahwa ledakan kembar itu mungkin merupakan serangan bunuh diri. Tetapi, militer dan polisi mengatakan bom-bom di dalam dan di luar gereja tampaknya telah diledakkan dari jarak jauh.

Beberapa hari kemudian, Menteri Dalam Negeri Filipina, Eduardo Ano menuturkan, serangan bunuh diri dilakukan oleh pasangan Indonesia dengan bantuan anggota kelompok Abu Sayyaf. Hal itu akan sejalan dengan klaim tanggung jawab oleh Negara Islam melalui kantor berita Amaq, Senin pagi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement