REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) menyatakan dua kapal Angkatan Laut transit di Selat Taiwan. Hal itu diperkirakan dapat memicu kemarahan Beijing yang saat ini tengah mengalami gejolak perang dagang yang semakin meningkat dengan AS.
Kapal tersebut dinilai sebagai tanda dukungan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, di tengah meningkatnya konflik antara Taipei dan Beijing. Kapal yang transit tersebut adalah kapal pengebom Preble dan kapal tanker minyak Angkatan Laut Walter S. Diehl. Preble berlayar dekat Scarborough Shoal yang disengketakan dan diklaim oleh Cina di Laut Cina Selatan.
"Transitnya kapal-kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," ujar juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, Clay Doss, Kamis (23/5).
Kementerian Pertahanan Taiwan mengkonfirmasi bahwa terdapat dua kapal AS telah berlayar ke utara melalui Selat Taiwan. Sementara, angkatan bersenjata Taiwan memantau transitnya dua kapal AS tersebut dan menyatakan bahwa situasi dalam keadaan aman. Hingga saat ini tidak ada reaksi langsung dari Cina.
Kapal perang AS telah berlayar melalui Selat Taiwan setidaknya sebulan sekali sejak awal tahun ini. AS memulai kembali misi seperti itu secara rutin mulai Juli lalu.
AS memang tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan. Tetapi, AS terikat oleh hukum untuk membantu menyediakan peralatan pertahanan dan persenjataan bagi negara tersebut. Pentagon mengatakan, Washington telah menjual persenjataan ke Taiwan senilai lebih dari 15 miliar dolar AS sejak 2010.
Cina telah meningkatkan tekanan untuk menegaskan kedaulatannya atas pulau itu agar berada di bawah kendalinya. Cina telah berulang kali mengirim pesawat dan kapal militer untuk mengelilingi Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dan mengisolasinya secara internasional.
Badan Intelijen Pertahanan AS merilis laporan pada awal tahun ini yang menggambarkan Taiwan sebagai pendorong utama bagi modernisasi militer Cina. Adapun militer Cina telah membuat kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir.
China Daily, koran yang dikelola pemerintah dalam sebuah editorial Rabu menyatakan, Cina telah menahan diri dalam menanggapi tindakan yang dilakukan oleh AS.
"Dengan ketegangan antara kedua negara sudah marak, tidak ada jaminan bahwa kehadiran kapal perang AS di depan pintu Cina tidak akan memicu konfrontasi langsung antara kedua militer," kata surat kabar itu.