REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) telah mengirim kapal perang ke Selat Taiwan. Langkah itu dilakukan saat hubungan antara Taiwan dan China sedang memanas.
Kapal perang yang dikirim Washington teridentifikasi bernama Antietam. “Transit (kapal) melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” ujar juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS Komandan Clay Doss pada Rabu (24/7).
Dia tak mengungkap misi apa yang diemban oleh kapal tersebut. Selat Taiwan memiliki lebar sekitar 180 kilometer dan memisahkan Taiwan dari China. Saat ini hubungan kedua belah pihak itu tengah dibekap ketegangan. Penyebabnya adalah isu kemerdekaan Taiwan.
China memperingatkan bahwa mereka siap berperang jika terdapat langkah menuju kemerdekaan Taiwan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Wu Qian mengatakan negaranya akan melakukan upaya terbesarnya untuk menyatukan kembali Taiwan secara damai. “Namun kita harus dengan tegas menunjukkan bahwa mencari kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu,” kata dia pada Rabu.
“Jika ada orang yang berani mencoba memisahkan Taiwan dari negara ini, militer China akan siap berperang untuk menjaga kedaulatan nasional, persatuan, dan integritas teritorial,” ujar Wu menambahkan.
Sementara itu, Taiwan’s Mainland Affairs Council mengatakan bahwa perilaku provokatif China telah secara serius melanggar prinsip perdamaian dalam hukum dan hubungan internasional. Beijing pun dianggap menantang keamanan serta ketertiban regional.
“Kami mendesak pemerintah Beijing untuk melepaskan tindakan irasional dan jahat seperti penggunaan kekuatan serta untuk meningkatkan hubungan lintas-selat dan menangani masalah, termasuk Hong Kong, secara rasional, sehingga dapat menjadi anggota regional yang bertanggung jawab,” kata Taiwan’s Mainland Affairs Council dalam sebuah pernyataan.
China pun diketahui mengecam AS karena berencana menjual peralatan militer kepada Taiwan. “Penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. Ini adalah pelanggaran serius terhadap prinsip satu-Cina dan tiga komunike bersama Cina-AS,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang.
Menurut dia, penjualan peralatan militer ke Taiwan juga mengancam kedaulatan serta keamanan nasional China. “Untuk melindungi kepentingan nasional kita, China akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang terlibat dalam penjualan senjata yang disebutkan di atas ke Taiwan,” ujar Geng.
Pentagon memang telah mengumumkan bahwa Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan senjata yang diminta oleh Taiwan, termasuk 108 General Dynamicss Corp (GD.N) M1A2T tank Abrams dan 250 rudal Stinger yang diproduksi Raytheon (RTN.N). Nilai penjualan tersebut ditaksir mencapai sekitar 2,2 miliar dolar AS.