Selasa 13 Aug 2019 01:19 WIB

Libya Hentikan Penerbangan di Bandara Tripoli

Semua penerbangan di Bandara Tripoli dibekukan sampai pemberitahuan lebih lanjut

Foto satelit menunjukkan Bandara Mitiga setelah diserang di Tripoli, Libya, Senin (8/4).
Foto: 2019 Maxar Technologies via AP
Foto satelit menunjukkan Bandara Mitiga setelah diserang di Tripoli, Libya, Senin (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Penerbangan dihentikan di Bandara Internasional Mitiga di Ibu Kota Libya, Tripoli pada Senin (12/8). Penghentian penerbangan tersebut dilakukan karena pasukan yang berafiliasi kepada Khalifa Haftar melanggar gencatan senjata yang dicapai untuk menghormati Idul Adha.

"Semua penerbangan dibekukan sampai pemberitahuan lebih lanjut sebab bandar udara itu mengalami serangan roket, untuk kedua kalinya," kata laman Facebook Operasi Burkan Al-Ghadab pimpinan kelompok Pemerintah Nasional Libya (GNA).

Baca Juga

Menurut pernyataan tersebut, itu adalah pelanggaran gencatan senjata kedua yang telah diusulkan oleh PBB dan diterima baik oleh komandan Khalifa Haftar pemimpin pasukan Libya Timur dan GNA. Pelanggaran pertama gencatan senjata oleh pasukan Haftar terjadi ketika mereka menyerang satu permukiman di dekat bandar udara dengan tembakan artileri dan roket secara membabi-buta.

Pada 29 Juli, Ghassan Salame, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB, menawarkan gencatan senjata antara kedua pihak di Libya untuk merayakan Idul Adha. Turki dan Uni Eropa juga menyambut baik seruan itu dan menyampaikan dukungan atas usul Salame.

Pada awal April, pasukan yang setia kepada Haftar melancarkan serangan untuk merebut Tripoli dari pasukan yang bersekutu dengan GNA, yang diakui PBB. Bentrokan antara kedua pihak sejak itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai sebanyak 5.500 orang lagi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Libya telah dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika penguasa lama Muammar Gaddafi digulingkan dan tewas dalam aksi perlawanan berdarah dukungan NATO setelah empat dasawarsa berkuasa.

Negara yang kaya akan minyak tersebut telah menyaksikan kemunculan dua pemerintah yang bersaing: satu di Libya Timur, tempat Haftar telah berafiliasi, dan satu lagi GNA yang berpusat di Tripoli dan mendapat pengakuan PBB.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement