Sabtu 12 Oct 2019 01:20 WIB

Turki Serang Suriah, PBB Pertimbangkan Usulan AS

AS meminta Turki menggunakan cara diplomasi terkait serangan militernya di Suriah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/Xinhua/L. Muzi
picture-alliance/dpa/Xinhua/L. Muzi

Menurut sumber diplomatik di PBB pada Kamis (10/10), saat ini Dewan Keamanan PBB tengah mempertimbangkan sebuah rancangan naskah dari AS, untuk meminta Turki kembali ke jalan diplomasi terkait serangan melawan milisi Kurdi di Suriah yang sampai sekarang masih terjadi.

Pertimbangan itu muncul setelah pertemuan darurat untuk membahas operasi militer Turki digelar di hari yang sama. Pada pertemuan itu, 5 negara dari Dewan Eropa gagal meyakinkan 15 negara lainnya untuk mengadopsi pernyataan bersama untuk meminta Turki menghentikan operasi militernya di Suriah utara.

Perancis, Jerman, Inggris, Belgium dan Polandia terpaksa menyampaikan pernyataan mereka sendiri, sementara Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan terpisah yang mengatakan bahwa mereka tidak mendukung operasi militer Turki sama sekali.

Menurut para diplomat, Rusia menjadi penghalang terbesar terwujudnya kesatuan dari seluruh Dewan Keamanan.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengatakan, “Jika Dewan Keamanan ingin mengeluarkan sebuah putusan, maka aspek lain terkait terjadinya krisis Suriah juga seharusnya dipertimbangkan, bukan hanya operasi militer Turki saja.”

“Harusnya dibahas juga soal kehadiran militer secara illegal di negara itu,” ujarnya merujuk pada Amerika Serikat, Perancis dan Inggris.

Naskah pernyataan usulan AS tersebut menyatakan sebuah “keprihatinan mendalam” terkait situasi di Suriah, tetapi berhenti pada poin meminta Turki menghentikan serangannya.

Naskah itu meminta Turki agar menggunakan cara-cara diplomatik daripada menggunakan kekuatan militer untuk memenuhi tujuannya, ujar Diplomat di PBB.

Selain itu, naskah tersebut juga meminta Turki untuk memberikan perlindungan kepada warga sipil dan menegaskan perihal pemulangan pengungsi harus dilakukan atas dasar sukarela.

Waktu memberikan komentar terkait naskah ini, masih dibuka sampai Jumat pada pukul 14.00 GMT setelah Rusia meminta waktu berkonsultasi dengan Moskow. Naskah tersebut nantinya akan diputuskan apakah ditolak atau disetujui untuk diadopsi bersama, ujar Diplomat.

Kamis (10/10), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengemukakan peluang AS memediasi konflik antara Turki dan Kurdi, bahkan seorang pejabat AS mengatakan Trump telah menyuruh para diplomatnya untuk melakukan negosiasi penghentian serangan sementara.

Respon kritik Uni Eropa, Erdogan ancam akan kirim pengungsi

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Luar negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa pasukan Turki rencananya akan melanjutkan operasi militernya sampai 30 kilometer ke dalam wilayah Suriah.

“Ketika kita lakukan operasi sampai 30 kilometer di wilayah “safe zone”, maka terror (milisi Kurdi) disana akan musnah”, ujarnya kepada CNN Turk.

Masih belum jelas apa konsekuensi yang ditimbulkan oleh serangan tersebut terhadap populasi yang ada di Suriah utara, dimana aktivis internasional memperkirakan sekitar 450.000 orang tinggal dan berada 5 kilometer dari perbatasan.

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan angkat bicara membela serangan militer yang ia dijuluki “Operation Peace Spring” melalui pidatonya yang berapi-api di hadapan anggota parlemen dari partainya.

Erdogan menyerang negara yang mengkritiknya seperti Mesir dan Arab Saudi dan mengancam akan mengirimkan pengungsi dari Turki ke Eropa.

“Hey Uni Eropa, jika kalian mencoba menganggap operasi ini sebagai sebuah invasi, tenang saja. Kami akan kirimkan 3,6 juta pengungsi ke tempatmu,” ujarnya.

Hari Kedua serangan militer Turki

Pertempuran sengit masih terjadi antara militer Turki dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi pada Kamis (10/10). Di hari kedua serangan Turki, jumlah korban tewas bertambah.

Penembakan juga terjadi di kota-kota perbatasan Turki, termasuk Akcakale. Penembakan itu dipercaya berasal dari wilayah yang dikuasai oleh milisi Kurdi di Suriah sehingga melukai sejumlah warga.

Pejabat Turki mengatakan bahwa dua warga, termasuk seorang bayi berusia 9 bulan terbunuh akibat penembakan oleh milisi Kurdi di perbatasan kota. Sementara 46 lainnya luka-luka.

Di lain pihak, Turki targetkan serangannya ke wilayah Ras al-Ayn. “Pasukan kami menghadapi upaya penyerangan oleh militer Turki di poros Tal Halaf dan Aluk,” ujar SDF.

“Bentrokan sengit masih terus terjadi di desa-desa yang ingin dimasuki oleh pasukan Turki,” kata Maryan Qamishlo, seorang pejabat media SDF.

Otoritas Kurdi mengatakan bahwa Turki menembaki sebagain penjara di Qamishli Suriah, tempat banyak anggota ISIS ditahan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa militer Turki telah berhasil membunuh 109 “teroris” merujuk pada milisi Kurdi Suriah.

Pernyataan lain menyebutkan bahwa penyerangan Turki berjalan sesuai rencana. Mereka mengklaim bahwa militer Turki telah berhasil melumpuhkan 181 target dengan pesawat tempur dan artileri.

Melalui cuitannya di twitter pada Kamis (10/10), Menteri Pertahanan Turki menyatakan bahwa serangan militer Turki menargetkan tempat penampungan senjata dan perlengkapan yang dimiliki oleh milisi Kurdi dan ISIS yang keduanya dia sebut sebagai teroris.

Kementerian Pertahanan Turki juga merilis rekaman pasukannya yang bergerak sepanjang malam sambil menembaki musuh.

Di sisi lain, Menurut UNHCR, Badan PBB untuk pengungsi, puluhan ribu warga sipil sudah bergerak meninggalkan lokasi ekskalasi penyerangan oleh Turki. UNHCR meminta agar warga sipil juga rumah-rumah mereka di wilayah tersebut tidak menjadi target penyerangan.

Penyerangan oleh Turki di hari kedua ini merupakan eksalasi dari serangan yang dilancarkan pada Rabu (09/10). Militer Turki menembaki target-targetnya di wilayah yang dikuasai milisi Kurdi.

Menurut sebuah laporan, pasukan Turki berupaya melakukan penyerangan via darat di perbatasan kota Tal Abyad, namun SDF menyatakan berhasil menghalau serangan tersebut.

gtp/vlz (AFP, Reuters, AP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement