Ahad 03 Nov 2019 08:45 WIB

Pemerintah Vietnam Kutuk Perdagangan Manusia

Polisi Inggris menyatakan 39 orang yang tewas dalam truk adalah warga Vietnam.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Endro Yuwanto
Perdagangan manusia (ilustrasi).
Foto: Foto : Mardiah
Perdagangan manusia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Pemerintah Vietnam mengutuk perdagangan manusia. Pernyataan ini dirilis setelah polisi Inggris menyatakan 39 orang yang ditemukan tewas dalam sebuah truk adalah warga negara Vietnam.

"Vietnam menyerukan kepada negara-negara di kawasan dan di seluruh dunia untuk meningkatkan kerja sama dalam memerangi perdagangan manusia untuk mencegah terulangnya tragedi semacam itu," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Le Thi Thu Hang, dikutip dari BBC, Ahad (3/11).

Le Thi mengatakan, insiden di Essex adalah tragedi kemanusiaan yang serius. "Kami berharap pihak Inggris akan segera menyelesaikan penyelidikan untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ini ke pengadilan," kata dia.

Lembaga otoritas Vietnam dan Inggris telah bekerja untuk mengidentifikasi mayat-mayat yang ditemukan di Essex pada 23 Oktober. Beberapa penangkapan pun telah dilakukan sehubungan dengan tragedi itu.

Pengemudi truk Maurice Robinson berusia 25 tahun telah menghadapi pengadilan pada Senin atas tuduhan pembunuhan. Jaksa menuduh, ia adalah bagian dari lingkaran global penyelundup manusia.

Polisi juga mencari dua saudara lelaki Robinson dari Irlandia Utara, Ronan dan Christopher Hughes. Mereka dicurigai melakukan pembunuhan dan perdagangan orang. Sedangkan, Eamonn Harrison telah ditangkap di Dublin atas Surat Perintah Penangkapan Eropa untuk menghadapi tuduhan pembunuhan di Inggris.

Di Vietnam, polisi telah menangkap dua orang karena penyelundupan manusia. Sejumlah keluarga di Vietnam telah bersuara karena khawatir anggota keluargnya menjadi salah satu korban dari mayat yang ditemukan dalam kontainer berpendingin. Pada malam sebelum jenazah ditemukan, Pham Thi Tra My mengirim pesan singkat pada keluarganya dengan menyatakan perjalanan ke negeri asing telah gagal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement