REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penduduk di jalur kebakaran hutan diminta untuk mengungsi lagi pada Kamis, (9/1). Kondisi panas dan kering mengancam kebakaran hutan kembali membesar.
Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan di negara bagian New South Wales (NSW) mengatakan pada pertemuan komunitas pesisir selatan Sydney, angin barat laut kemungkinan akan memicu kebakaran menuju pantai sekali lagi. Kondisi itu akan menyulut kebakaran, sehingga evakuasi perlu dilakukan kembali.
"Jangan lengah dari hujan yang kita alami baru-baru ini," Menteri Layanan Darurat Victoria Lisa Neville dikutip dari Aljazirah.
Neville mengatakan, beberapa hari cuaca dingin memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk memperkuat garis penahanan di sekitar api yang telah terbakar selama berbulan-bulan. Namun, kondisi kembali membawa bahaya dan penanganan sebelumnya belum cukup.
Pemberitahuan tingkat bencana di sebagian besar negara bagian Victoria yang berdekatan pun sudah dilakukan. Zona berbahaya diperpanjang 48 jam dan orang-orang di zona tersebut disarankan untuk pergi jika aman untuk melakukannya.
Krisis kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Australia tenggara ini telah merenggut sedikitnya 26 nyawa sejak September. Kebakaran juga menghancurkan lebih dari 2.000 rumah dan menyelimuti kota-kota besar dalam asap.
Perdana Menteri Scott Morrison mendapat kecaman pedas di dalam dan luar negeri karena meremehkan untuk segera mengatasi masalah tersebut. Pemerintah NSW menanggapi krisis pada dengan mengumumkan tambahan 1 miliar dolar Australia yang akan dihabiskan selama dua tahun ke depan untuk manajemen dan pemulihan kebakaran.
Dalam Pernyataan Iklim tahun, Biro Meteorologi Australia mengatakan 2019 adalah tahun terpanas dan terkering di Australia dengan rekor suhu rata-rata nasional 1,52 derajat Celcius di atas rata-rata. Sementara curah hujan 277,6 milimeter, 40 persen di bawah rata-rata. Rekor terendah sebelumnya ditetapkan pada 1902.
"Indeks Bahaya Kebakaran Hutan tahunan yang terakumulasi secara nasional indikasi parahnya cuaca kebakaran- adalah rekor tertinggi," kata pernyataan itu.
Kepala pemantauan iklim biro Karl Braganza mengatakan, curah hujan diperkirakan akan lebih sering terjadi. Namun, itu tidak akan cukup untuk memadamkan api.
"Sayangnya, kami tidak melihat hujan yang meluas dan di atas rata-rata pada tahap ini. Itulah yang sebenarnya kita butuhkan untuk memadamkan api dengan cukup cepat," ujar Braganza.