Ahad 16 Feb 2020 05:54 WIB

Serangan Udara Rusia Tewaskan 4 Warga Sipil di Idlib Suriah

Eskalasi pertempuran di Idlib Suriah semakin mengkhawatirkan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).
Foto: Ghaith Alsyayad/AP
Pejalan kaki melintasi gedung yang hancui akibat serangan udara pasukan pemerintah di Kota Ariha, Provinsi Idlib Suriah, Rabu (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB – Rusia telah melakukan serangan udara di zona eskalasi Idlib Suriah barat laut. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya empat warga sipil. Hal ini disampaikan kelompok pertahanan sipil Suriah, pada Sabtu (16/2) waktu setempat, dilansir Anadolu Agency, Ahad (16/2). 

Observatorium pesawat oposisi Suriah mengatakan jet Rusia menargetkan daerah pedesaan di dekat provinsi Aleppo dan Idlib barat. Kelompok pertahanan sipil The White Helmet mengatakan empat warga sipil tewas dalam serangan itu.  

Baca Juga

Pekerja pertahanan sipil, yang ingin mencapai lokasi serangan, juga menjadi sasaran pasukan Rusia, melukai salah satu dari mereka. Bashar al-Assad dan sekutu-sekutunya telah terus meningkatkan serangan udara dan darat terhadap permukiman sipil di zona eskalasi Idlib.  

Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. Tetapi lebih dari 1.800 warga sipil telah tewas dalam serangan-serangan Suriah dan pasukan Rusia sejak itu, mencemooh gencatan senjata 2018 yang baru dimulai 12 Januari.

Lebih dari 1,7 juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat selama setahun terakhir. Turki tetap menjadi negara dengan pengungsi terbanyak di dunia, menampung lebih dari 3,7 juta migran sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada 2011.

Ankara mengaku akan menggunakan kekuatan militer untuk mengusir pasukan Suriah kecuali mereka mundur hingga akhir Februari. Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengatakan Turki melanggar kesepakatan yang dicapai dengan Moskow dan memperburuk keadaan di Idlib. Kremlin menyebutkan Ankara gagal menetralisasi petempur di lokasi tersebut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement