Jumat 22 May 2020 00:25 WIB

Jepang Berencana Cabut Masa Darurat Covid-19 di Tokyo

Masa darurat dicabut dilakukan jika infeksi virus corona baru tetap rendah.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nora Azizah
Jepang kemungkinan melepaskan keadaan darurat di Tokyo pada awal pekan depan (Foto: ilustrasi Covid-19 Jepang)
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Jepang kemungkinan melepaskan keadaan darurat di Tokyo pada awal pekan depan (Foto: ilustrasi Covid-19 Jepang)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang kemungkinan melepaskan keadaan darurat di Tokyo pada awal pekan depan. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan, keputusan tersebut bisa dilakukan jika infeksi virus corona baru tetap rendah.

Sebelumnya, tiga kota yaitu Osaka, Kyoto, dan Hyogo akan segera mengakhiri keadaan darurat menyusul penurunan jumlah infeksi. Abe mengatakan, Tokyo dan empat prefektur lainnya termasuk Pulau Hokkaido utara akan tetap berada di bawah pembatasan untuk saat ini.

Baca Juga

"Kami akan bertemu dengan para ahli hari Senin untuk memperbarui situasi tentang infeksi. Jika situasi (penurunan) ini berlanjut, ada kemungkinan keadaan darurat dapat dicabut di daerah-daerah itu," kata Abe, dilansir di Channel News Asia, Kamis (21/5).

Tokyo merupakan kota yang menyumbang sekitar sepertiga dari produk domestik bruto Jepang. Oleh karena itu, kota tersebut sangat penting bagi pemulihan ekonomi negara secara keseluruhan.

Menurut NHK, Jepang belum mengalami lonjakan infeksi. Sejauh ini, kasus positif berjumlah 16.433 dengan 784 kematian tercatat hingga Kamis pagi. Tetapi, wabah dan pembatasan yang dilakukan telah membuat ekonomi mengalami resesi.

Sejauh ini, prefektur barat Kyoto, Osaka, dan Hyogo memiliki rata-rata 0,09 infeksi per 100 ribu orang. Sementara Tokyo 0,59 infeksi dan 0.69 infeksi untuk Pulau Hokkaido. Osaka baru-baru ini tidak melihat kasus baru, sementara 11 infeksi baru dikonfirmasi di Tokyo.

"Saya mendukung pencabutan keadaan darurat di daerah Kansai (Jepang Barat). Jumlah kasus diprediksi akan tumbuh lagi, tapi saya yakin orang-orang dapat mengelola penyebaran lebih baik di waktu berikutnya bahkan tanpa deklarasi darurat," kata Profesor Universitas Kyoto, Yuki Furuse. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement