REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kepolisian Australia berusaha menghentikan demonstrasi Black Lives Matter yang rencananya digelar di Sydney pada akhir pekan ini. Langkah ini dilakukan untuk mencegah risiko penularan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19).
Sebelumnya, ribuan orang diperkirakan akan menghadiri aksi demonstrasi sebagai bentuk solidaritas melawan rasisme yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dalam satu pekan terakhir. Aksi ini sekaligus untuk mengekspresikan kemarahan warga tentang bagaimana banyak penduduk asli Australia yang meninggal dalam tahanan pihak berwenang negara itu.
Kepolisian New South Wales (NSW) telah mengajukan perintah pengadilan untuk menghentikan rencana demonstrasi yang digelar. Perdana Menteri Australia Scott Morrison juga meminta agar tidak ada satu pun warga yang pergi mengikuti aksi tersebut karena risiko penularan virus corona jenis baru yang masih sangat tinggi.
"Mari kita cari cara yang lebih baik untuk mengekpresikan masalah ini, daripada harus menempat kesehatan Anda sendiri dan orang lain dalam bahaya," ujar Morrison dalam sebuah pernyataan dilansir BBC, Jumat (5/6).
Demonstrasi Black Lives Matter telah diselenggarakan di beberapa kota lain di Australia seperti Perth dan Melbourne. Hingga kini aksi protes masih diizinkan untuk terus dilakukan, meski ada peringatan dari pejabat kesehatan tentang risiko penularan virus corona jenis baru.
Sementara di Sydney, pada awalnya demonstrasi yang hendak digelar Sabtu (6/6) itu disetujui. Namun, peningkatan jumlah peserta yang hadir telah menimbulkan kekhawatiran aturan jarak sosial tidak dapat diberlakukan.
"Ini karena para peserta tidak bisa menjamin kepatuhan terhadap perintah kesehatan. Mereka tidak bisa menjamin jarak sosial yang aman," ujar Perdana Menteri untuk New South Wales Gladys Berijiklian.
Keputusan tersebut telah dikritik oleh beberapa pihak sebagai upaya untuk menahan kebebasan berbicara. Kepolisian New South Wales sebelumnya juga dikritik pada awal pekan ini atas penangkapan seorang remaja Aborigin di Sydney.
Asisten Komisaris Kepolisian New South Wales Mick Willing berharap insiden itu tidak akan memicu demonstrasi yang berujung kekerasan seperti terlihat di AS. Australia telah secara perlahan mengangkat aturan pembatasan. Banyak bisnis yang bisa dibuka kembali, pertemuan luar ruangan yang terdiri atas 50 orang, dan perjalanan lokal.
Demonstrasi Black Lives Matter terjadi setelah seorang pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd di Minneapolis, Minnesota meninggal yang melibatkan petugas polisi. Kejadian itu telah memicu kemarahan dan aksi protes di seluruh AS, hingga kemudian berlanjut ke banyak negara lainnya di dunia. Banyak yang menilai bahwa insiden ini sebagai salah satu dari banyak kasus rasisme terburuk yang terjadi pada orang kulit hitam.
Floyd meninggal pada 25 Mei lalu. Saat itu, ia didatangi dan ditangkap oleh sejumlah petugas kepolisian Minneapolis, Minnesota karena menggunakan uang 20 dolar palsu di sebuah toko.
Dalam sebuah rekaman video, setelah didatangi polisi, Floyd diborgol dan tidak memberontak sepanjang proses penangkapan tersebut. Pria berusia 46 tahun itu ditahan dengan posisi tiarap.
Petugas lalu memegangi badan dan salah satunya menahan bagian leher dengan lutut, hingga kemudian terlihat dirinya tak sadarkan diri dan dinyatakan meninggal dunia.