REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Partai Komunis China merayakan ulang tahun yang ke-99 pada Rabu (1/7). Dalam perayaan tersebut, Partai Komunis menyatakan bahwa keberhasilan China dalam menghadapi pandemi virus Corona merupakan bukti dari keunggulan sistem sosialis di negara tersebut.
"Perjuangan besar ini telah sepenuhnya menunjukkan keunggulan politik yang jelas dari kepemimpinan Partai Komunis China dan sistem sosialis kita. Di bawah kepemimpinan yang tegas dari pusat partai dengan Kamerad Xi Jinping, China telah berperang dengan suara perang rakyat. Rakyat China bersatu memerangi pandemi, membuat pengorbanan besar, dan mencapai hasil strategis yang hebat," ujar juru bicara partai, dilansir South China Morning Post.
Secara terpisah, Xi Jinping yang merupakan sekretaris jenderal Partai Komunis China menulis surat kepada sukarelawan di Universitas Shanghai Fudan dan mendesak mereka untuk membantu memenuhi misi partai. Xi merujuk pada tujuan seratus tahun partai yakni mengubah China menjadi masyarakat yang mampu secara komprehensif pada akhir 2020, dan negara sosialis yang kuat pada 2050.
Pada Selasa lalu, Xi memimpin sesi studi dengan anggota politbiro dan menekankan pentingnya kinerja organisasi partai, serta belajar dari sejarah. Partai Komunis China didirikan pada 1 Juli 1921 dan sekarang memiliki anggota sebanyak 91,9 juta. Partai ini merupaka salah satu partai politik terbesar di dunia.
"Partai Komunis China mungkin satu-satunya partai politik di dunia yang masih menggabungkan doktrin Marxis dan organisasi bergaya Leninis. Itu adalah kunci yang menjelaskan kekuatan China dalam menyelesaikan suatu masalah," ujar seorang profesor Institut Asia Timur di Universitas Nasional Singapura, Zheng Yongnian.
Zheng mengatakan, penekanan Xi pada pencapaian tujuan seratus tahun adalah legitimasi bagi Partai Komunis China. Hal itu adalah janji partai kepada rakyat China yang harus disampaikan dan diwujudkan. "Ini sangat berbeda dengan Barat, di mana partai-partai dapat bergiliran untuk memerintah," kata Zheng.
Perayaan hari ulang tahun Partai Komunis dibayangi dengan ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS). Mulai dari masalah keamanan, perdagangan, dan persoalan tentang otonomi Hong Kong.
Sementara itu, seorang profesor di Beihang University’s Law School di Beijing, Tian Feilong mengatakan, para pemimpin Partai Komunis yakin bahwa pandemi virus Corona di AS dan ketegangan antara Washington dengan sekutunya, telah membuat negara Adikuasa tersebut berada dalam titik terlemahnya secara global.
Hal ini meningkatkan kepercayaan Beijing untuk tetap fokus dalam mencapai tujuan dalam negerinya. Ancaman sanksi AS terhadap China justru menjadi pemicu bagi Beijing untuk berupaya menjadi pemenang.
"Ini memberi Beijing kepercayaan diri untuk hidup dengan derita (yang disebabkan oleh ancaman sanksi AS terhadap para pejabat), fokus pada prioritasnya sendiri dan pada akhirnya akan menang," kata Tian.
Sementara itu, menurut analis politik yang berbasis di Beijing menyatakan, tekanan dari AS justru akan membulatkan tekad para pemimpin China untuk fokus memajukan negerinya. Keberhasilan China dalam menghadapi pandemi virus Corona telah meningkatkan kepercayaan Partai Komunis, dan dapat mengumpulkan dukungan yang lebih besar.
"Beijing telah melakukan upaya besar untuk mempelajari keruntuhan Uni Soviet dan pelajaran utama adalah bahwa selain campur tangan asing, perserikatan itu berantakan karena Partai Komunis Soviet telah meninggalkan kepercayaannya sendiri," ujar seorang analis politik yang tidak mau disebutkan namanya.