Jumat 10 Jul 2020 07:05 WIB

Tiga Fakta Menarik Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

Presiden Erdogan punya catatan kelam dalam hidupnya namun dia bangkit.

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Elba Damhuri
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto:

Keberhasilannya dalam membangun Istanbul mendapat pujian dari banyak kalangan. Salah satu sekuralis bahkan mengatakan, Erdogan telah berhasil membuat Istanbul menjadi lebih hijau.  

Pengalaman di pemerintahan lokal membuat Erdogan beranjak ke nasional. Partai yang didirikannya AKP berhasil memenangi pemilu pada 2002. 

Kendati sempat dilarang masuk parlemen karena sempat dipenjara, Erdogan tetap tak putus asa. Amandemen Konstitusi pada 2002 membuatnya bisa masuk ke pemerintahan.  

Pada 9 Maret 2003, ia berhasil memenangkan pemilihan, dan beberapa hari kemudian Presiden Ahmet Necdet Sezer memintanya untuk membentuk pemerintahan. 

Sebagai perdana menteri, Erdogan melakukan perjalanan ke berbagai negara termasuk AS dan Eropa. 

Ia seolah menampik tanggapan sebagai sosok anti-Barat. Erdogan juga berulangkali menyatakan keinginan Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.  

Kendati begitu, Erdogan sangat perhatian dengan sejumlah isu-isu Islam. Pada 2007 ia bersitegang dengan kelompok sekuleris, setelah keinginan AKP untuk mengajukan presiden dengan latar belakang Islam kental ditolak parlemen.  AKP kemudian menggelar pemilu dini dan meraih suara mayoritas. 

Pada awal 2008, parlemen yang dikuasai AKP mengubah aturan yang melarang jilbab di kampus. Kelompok oposisi kembali mengecam Erdogan yang menyebutnya mengancam negara sekuler Turki. 

Para lawan politiknya mencoba menggugat Erdogan dan tokoh AKP lainnya ke pengadilan agar hak politik mereka dicabut. Namun Erdogan berhasil menjaga posisinya.   

Pada Juni 2011 Erdogan terpilih untuk ketiga kalinnya. AKP kembali berhasil meraih suara mayoritas, namun gagal memperoleh dua pertiga suara parlemen untuk mengamandemen konstitusi.  

Erdogan ingin agar sistem pemerintahan Turki diubah, dengan memberikan kekuasan lebih besar pada presiden. 

Erdogan tak bisa lagi maju pada 2014 karena dibatasi oleh undang-undang dasar yang melarang empat kali masa jabatan. Kendati begitu, ia dapat dengan mudah meraih kursi kepresidenan. 

Pada 28 Agustus 2014 ia pun dilantik sebagai presiden. AKP kehilangan suara mayoritas pada pemilu Juni 2015 lalu. 

Namun mereka berhasil kembali mengambil kuasa itu pada pemilu sela 2015. AKP kembali bisa membentuk pemerintahan tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. 

Kendati tidak menjabat sebagai perdana menteri, Erdogan tetaplah menjadi pemimpin disegani. Presiden AS Barack Obama tak jarang berkomunikasi langsung dengan Erdogan untuk membahas masalah Suriah. 

Dalam konflik dengan Rusia beberapa waktu terakhir, ia juga terlibat ketegangan langsung dengan Presiden Vladimir Putin.  

Kini, Erdogan bakal menjadi pemimpin Turki terlama dalam sejarah. Erdogan semakin memperkuat posisinya secara legal dan politik.

Semua lawan-lawan politik berbahayanya dihadapi dengan jalur hukum. Sempat digoyang kudeta gagal yang dituding diotaki Fethulleh Gullen, sosok pemikir karib Erdogan di masa lalu, kemudian Erdogan menangkapi para pelaku kudeta.

Erdogan bakal tercatat dalam sejarah Turki dan dunia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement