Jubir Kepresidenan juga mengingatkan bahwa komunitas non-Muslim telah menjadi bagian dari Turki selama berabad-abad, dan tidak ada tekanan terhadap minoritas di Turki.
Dia juga menyoroti komentar dari perwakilan komunitas Kristen dan Yahudi di Turki, bahwa tidak ada diskriminasi terhadap siapa pun di Turki.
Patriark Armenia Sahak Mashalian mendukung pengembalian fungsi Hagia Sophia menjadi tempat ibadah.
Patriark Armenia itu menekankan Hagia Sophia lebih bagus dijadikan tempat beribadah dibandingkan sekedar tempat foto-foto bagi pengunjung yang hanya untuk bersenang-senang.
Pemimpin gereja Armenia di Turki itu mengatakan situs itu dibangun jerih payah 10.000 pekerja dan telah melalui banyak renovasi, semua upaya itu bertujuan untuk menjadikannya sebagai tempat ibadah, bukan sebagai museum.
“Biarkan dunia memuji perdamaian dan kedewasaan kita dalam beragama. Biarkan Hagia Sophia menjadi simbol kedamaian umat manusia,” ujar Mashalian mengajukan agar disediakan sebagian tempat untuk umat Kristen beribadah.
Masalah status Hagia Sophia ini muncul ketika Yunani keberatan terhadap Turki yang memperingati hari penaklukan Istanbul yang ke-567 pada 29 Mei lalu dengan membacakan surat Al-Fath di dalam Hagia Sophia.
Sejak Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) dan Presiden Erdogan berkuasa di panggung politik Turki pada 2002, kelompok sekuler di Turki sudah mencemaskan Hagia Sophia difungsikan kembali menjadi masjid.
Pejabat Turki menekankan mereka akan terus melindungi warisan dari Muhammad al-Fatih penakluk Konstantinopel atau Istanbul itu dengan baik.
Otoritas Turki juga menolak semua pernyataan inkonsisten yang menyerang tapi tidak mendasar serta meminta AS untuk fokus pada urusan internalnya pada kebebasan beragama dan hak asasi manusia.
Turki juga menyoroti peningkatan kasus Islamofobia, anti-Semitisme, rasisme, dan xenophobia di AS.