REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Pemerintah China mengevakuasi ribuan penduduk setelah tanah longsor menghalangi sebuah sungai, Rabu (2127) waktu setempat. Tanah longsor juga menciptakan sebuah danau penghalang yang mengancam merendam desa-desa, ketika sebagian besar negara itu diterpa curah hujan terberat dalam beberapa dekade.
Kantor berita Xinhua dilansir laman Channel News Asia melaporkan tanah longsor terjadi pada Selasa (21/7) ketika 1,5 juta meter kubik air jatuh ke anak sungai, Sungai Yangtze dekat kota Enshi di provinsi Hubei. Biro cuaca negara China mengatakan negaranya dilanda putaran baru hujan lebat pekan ini sehingga semakin meningkatkan risiko banjir di seluruh negeri.
Peringatan dengan status merah telah diumumkan di provinsi Anhui dan Jiangxi, yang dibagi dua oleh sungai Yangtze. Kementerian sumber daya air China juga memperingatkan bahwa tingkat air di Yangtze dan danau yang bersebelahan akan terus meningkat.
Para pejabat kementerian mengatakan bahwa mereka perlu mengawasi ketinggian air di Bendungan Tiga Ngarai, yang telah menyimpan sejumlah besar air untuk mengurangi risiko banjir di hilir. Kini 16 meter lebih tinggi dari tingkat peringatan resminya.
Bendungan raksasa China yang dirancang untuk menahan banjir dan menghasilkan listrik, telah mendapat sorotan tajam dalam beberapa pekan terakhir. Sementara para pejabat telah membicarakan peran pemerintah dalam mengurangi puncak banjir, para kritikus menilai mereka tidak hanya gagal melindungi terhadap cuaca ekstrem namun juga pada akhirnya mengurangi kapasitas penyimpanan banjir.
Menurut profesor di Hobart and William Smith Colleges, Darrin Magee, bendungan menghalangi aliran sedimen dan mengurangi kemampuan dataran banjir hilir dan lahan basah untuk menyerap air banjir. Dia mengatakan kebutuhan untuk menghasilkan daya juga dapat merusak upaya pengendalian banjir.
"Pengendalian banjir membutuhkan penahan air, dan produksi listrik membutuhkannya," katanya.