REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Luar Negeri China mengecam pidato Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo untuk menekan Partai Komunis China (PKC). China menyatakan bahwa pidato Pompeo telah dipenuhi dengan bias ideologis.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan, Beijing mendesak AS untuk mengesampingkan "mentalitas perang dingin". Sebelumnya, dalam sebuah pidato pada Kamis (22/7), Pompeo mengatakan, AS dan sekutu-sekutunya harus menggunakan cara yang lebih kreatif dan tegas untuk menekan PKC agar mengubah kebijakannya.
Ketika berbicara di Perpustakaan Nixon di Yorba Linda, Kalifornia, Pompeo mengulangi tuduhan yang sering kali dilontarkan AS bahwa China melancarkan praktik perdagangan tidak adil, pelanggaran hak asasi manusia, dan upaya untuk menyusup ke masyarakat Amerika. Dia juga mengatakan bahwa pendekatan yang telah dilakukan selama ini belum membawa perubahan di dalam China.
"Kita, negara-negara yang mencintai kebebasan di dunia harus mendorong China untuk berubah dengan cara yang lebih kreatif dan tegas, karena tindakan Beijing mengancam rakyat dan kesejahteraan kita. Jika dunia tidak berubah, Komunis China pasti akan mengubah kita," ujar Pompeo.
Pidato Pompeo muncul pada saat hubungan AS-China merosot ke titik terendah dalam beberapa dekade. Ikatan kedua negara memburuk karena berbagai masalah, mulai dari pandemi Covid-19 yang pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan, China hingga praktik perdagangan dan bisnis Beijing, klaim teritorialnya di Laut Cina Selatan, dan tindakan kerasnya terhadap Hong Kong.
Pada Selasa (21/7), Washington memberi waktu 72 jam kepada China untuk menutup kantor konsulatnya di Houston, Texas. Penutupan ini terjadi di tengah tuduhan bahwa Beijing melancarkan aksi mata-mata secara luas. Pompeo mengatakan konsulat telah menjadi "pusat mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual." Cina mengatakan langkah AS itu telah "merusak" hubungan kedua negara.