Senin 24 Aug 2020 14:52 WIB

Profesor Cai Xia Pilih Berkhianat dari Partai Komunis China

Cai Xia sebut Partai Komunis China telah menyusup ke lembaga global.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.
Foto: AP/Greg Baker
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Profesor Cai Xia melontarkan kecaman pedas terhadap elite penguasa China dan Presiden Xi Jinping. Cai yang dikenal sebagai kritikus tajam, sebelumya telah menghabiskan waktu selama bertahun-tahun di pusat pelatihan dan lembaga think tank milik Partai Komunis China.

Cai mengejutkan banyak pihak dengan gagasan liberal dan dukungannya untuk reformasi demokrasi. Dalam sebuah wawancara dengan CNN dari Amerika Serikat (AS), Cai menyerukan kepada pemerintah AS untuk menggandakan pendekatan garis keras terhadap Beijing. Dia mendukung kebijakan Presiden Donald Trump yang melarang raksasa telekomunikasi Huawei, karena berpotensi mengancam keamanan nasional.

Baca Juga

"Hubungan antara China dan Amerika Serikat bukanlah konflik antara kedua bangsa, tapi sebuah pertarungan dan konfrontasi antara dua sistem dan dua ideologi," kata Cai.

Cai juga menyerukan sanksi terhadap pejabat tinggi China. Dia juga mengimbau komunitas internasional untuk bergandengan tangan dalam menghentikan Partai Komunis yang "menyusup" lembaga global dan menyebarkan cita-cita "totaliter" Presiden Xi.

Sejak berkuasa pada akhir 2012, Xi telah mengkonsolidasikan posisi dan otoritasnya atas Partai Komunis China. Dia telah melakukan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat politik, masyarakat sipil dan minoritas Uighur yang sebagian besar Muslim di wilayah Xinjiang. Xi juga memperketat kontrol atas Hong Kong.

Menurut Cai, Partai Komunis memiliki tujuan untuk menggantikan sistem bebas dan demokratis modern yang diwakili oleh AS. Partai tersebut juga ingin menggantikan nilai-nilai serta tatanan kebebasan dan keadilan melalui model pemerintahannya sendiri.

Pernyataan Cai muncul ketika hubungan AS dan China semakin memburuk. Kedua negara berselisih di hampir semua sektor, mulai dari perdagangan, teknologi, hak asasi manusia, dan arus keuangan. Cai adalah salah satu dari sejumlah kecil dari golongan internal Partai Komunis yang menentang partainya sendiri dan pemerintahan Xi.

Tabloid yang dikelola pemerintah Cina, Global Times menyebut pernyataan Cai sebagai pengkhianatan secara terang-terangan terhadap pemerintah China. Cai dituding telah berkolusi dengan kekuatan eksternal untuk merugikan kepentingan dalam negeri Cina.

Cai mengajar selama 14 tahun di Central Party School milik Partai Komunis China. Dia pensiun pada 2012. Sekolah tempat Cai mengajar mengumumkan bahwa dia telah dikeluarkan dari partai karena membuat pernyataan yang merusak reputasi negara. Sekolah itu juga memotong tunjangan pensiun Cai.

Cai mengatakan, pernyataan yang dibuat oleh Central Party School kemungkinan disebabkan oleh sebuah esai singkat yang dia tulis pada Mei lalu. Dalam esai tersebut, Cai mengecam undang-undang keamanan nasional yang disahkan oleh pemerintah China di Hong Kong. Dia menyebut undang-undang itu sebagai "tindakan brutal terhadap rakyat Hong Kong".

Selain itu, dalam sebuah rekaman audio yang bocor, Cai memberikan label kepada Partai Komunis sebagai "zombie politik", dan menyebut Xi bertindak seperti "bos mafia". Cai juga menandatangani petisi online pada Februari yang menyerukan kebebasan berbicara setelah kematian Li Wenliang, seorang dokter di Wuhan yang berupaya memberikan informasi untuk meningkatkan kewaspadaan mengenai pandemi virus korona. Li kemudian meninggal dunia karena terinfeksi virus tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement