Ahad 04 Oct 2020 17:08 WIB

Ledakan Dahsyat Guncang Wilayah Konflik Azerbaijan-Armenia

Puluhan tentara tewas dalam konflik Azerbaijan-Armenia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Gambar diam yang diambil dari rekaman video selebaran yang diterbitkan 01 Oktober 2020 di Instagram resmi Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan dugaan penghancuran sebagian dari Angkatan Bersenjata Azerbaijan di saluran kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN DEFENCE MINISTRY
Gambar diam yang diambil dari rekaman video selebaran yang diterbitkan 01 Oktober 2020 di Instagram resmi Kementerian Pertahanan Armenia menunjukkan dugaan penghancuran sebagian dari Angkatan Bersenjata Azerbaijan di saluran kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.

REPUBLIKA.CO.ID,STEPANAKERT -- Ledakan dahsyat terdengar di pusat kota Stepanakert, ibu kota wilayah Nagorno-Karabakh, pada Sabtu (3/10) pagi. Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan bahwa baku tembak dengan pasukan Azerbaijan berlanjut di jalur kontak di Nagorno-Karabakh.

Laporan Sputnik menyatakan, ledakan itu terjadi setelah sirine serangan udara berbunyi di kota. Setelahnya suara khas pecahan peluru yang menghiasi area itu terdengar jelas. Meski begitu, tidak jelas lokasi target yang terkena serangan tersebut.

Baca Juga

Selain itu, Nagorno-Karabakh mengatakan 51 prajurit telah tewas dalam perang dengan Azerbaijan. Itu menjadi peningkatan tajam dalam jumlah kematian dari seminggu pertempuran sengit. Presiden daerah kantong etnis Armenia di Azerbaijan, Arayik Harutyunyan, mengatakan sebelumnya telah melakukan perjalanan untuk bergabung dengan pasukannya di garis depan.

Peristiwa itu menjadi percikan baru dalam konflik antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan pada akhir bulan lalu. Yerevan dan Baku sama-sama saling menuduh melanggar gencatan senjata 1994 dan menyebabkan korban sipil.

Pertempuran kedua negara pun yang terus berlanjut di Nagorno-Karabakh, dengan beberapa negara, termasuk Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis, telah mendesak para pihak untuk menahan diri. Ketiga negara tersebut pencetus Group Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama (OSCE) meminta Armenia dan Azerbaijan melanjutkan negosiasi tanpa prasyarat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement